Jumat, 17 Oktober 2014

FLUKTUASI RASA




FLUKTUASI  RASA

By : Yuyung Riana, S. Psi

Bertahun-tahun berkutat dengan pertanyaan yang sama. Hampir setiap bertemu dengan teman yang sudah lama tidak berjumpa selalu menanyakan hal yang sama dan berulang. Kayaknya mereka itu gak pernah move on ya dengan pertanyaannya, hehehehe… ( Kok jadi egois yaa….)
“ Hai…apa kabar ? Tinggal dimana sekarang ? Anakmu sekarang sudah berapa ? “
Pertanyaan yang sederhana dan klasik memang. Pertanyaan klasik seperti diatas mungkin selalu ditanyakan sebagai kalimat pembuka saat bertemu teman lama. Tapi ternyata, bagi sebagian orang pertanyaan yang sederhana itu bisa membuat nge – jleb di hati lho. Sakitnya tuh disini ( sambil megangin hati ) hehehehe…..
Yup…..tentu saja hal ini berlaku bagi kita-kita yang sudah menikah bertahun-tahun tapi belum dikarunai momongan. Jujur saja yaa….lepas dari rasa kepasrahan yang mendalam dan menerima semua suratan-Nya….kita tetap manusia biasa yang mempunyai rasa dan hati. Tiba-tiba pertanyaan yang sederhana itu bisa menjadi suatu hal yang luar biasa susahnya untuk dijawab. Ya….mungkin setiap pertanyaan memerlukan jawaban , tapi terkadang tidak semua jawaban menjawab pertanyaan itu sendiri bukan, hehehe…
Yaa….mereka tak pernah salah. Tak ada yang aneh dengan pertanyaannya, mungkin kita-kita aja yang terlalu berlebihan dan sensi meresponnya. Dan entah kenapa, secara tiba-tiba segala hal yang berhubungan dengan anak menjadi hal yang besar dan paling berharga di dunia ini. Isn’t true ?? Bisa ya bisa tidak. Jika kita menganggap itu sebagai ujian yang berat dan seolah dunia berhenti karenanya, tentu saja hal itu akan selalu membebani setiap langkah kehidupan kita. Kita mungkin merasa menjadi orang yang tidak beruntung di dunia ini. Padahal kalau kita menyadarinya masih banyak kenikmatan dan kemudahan yang kita terima di dunia ini yang jauh lebih penting untuk kita syukuri daripada sekedar selalu mengeluh karena hal yang itu-itu melulu. Hal ini tentu saja bisa menguras semua energi kita.
Tetapi coba kita ambil sisi positifnya. Allah memberi kita kondisi ini karena kita adalah manusia pilihanNya. Bukankah setiap ujian yang Allah berikan sudah sesuai takarannya masing-masing. Allah tidak akan menguji hambaNya diluar kemampuan hambaNya bukan. So…yakinlah para bunda yang sampai sekarang belum dikarunai momongan. Allah yakin kita mampu melalui ini semua yang mungkin untuk sebagian orang ini akan sulit. See it !! So…berbanggalah kita para bunda.

Sisi positif lainnya adalah, kita bisa melakukan berbagai hal yang positif yang kita sukai yang mungkin akan sulit dilakukan jika kita mempunyai anak. Kita bisa travelling kemanapun kita suka. Mengunjungi tempat-tempat yang indah bersama suami tentu akan menambah rasa syukur kita atas nikmat dan kebesaran-Nya. Hal ini juga membuat fresh pikiran dan hati kita yang membuat kita selalu positif thinking dan merasa good mood. Dan menambah keharmonisan keluarga. That’s wonderfull !!.
Kita bisa mengejar impian-impian yang tertunda dimasa lalu. Mengikuti kursus-kursus yang untuk menambah wawasan kita atau bahkan kuliah lagi. Pokoknya apapun yang bisa meningkatkan kualitas pribadi kita kearah yang lebih baik.
Kita bisa menciptakan lapangan kerja yang bener-bener kita sukai. Jika kita melakukannya dengan hati In sya Allah hasilnya akan lebih maksimal. Asal ingat ya…prioritas tetap kepada keluarga walaupun keluarganya cuman berdua dengan suami saja yaa….hehehe. Intinya melakukan hal-hal yang kita sukai yang membuat kita bahagia dan tidak merasa stress dan tertekan. Bukankah bahagia itu sederhana ?.
Menghabiskan waktu dengan jalan-jalan, makan bersama suami itulah kebahagiaan kita saat ini. Walaupun ,mungkin dimata mereka terasa tidak lengkap. Tapi sadarlah, justru ketidak sempurnaan ini menyempurnakan kebahagiaan itu sendiri. Mempunyai anak atau tidak, itu adalah kuasa Allah. Tapi menjadi bahagia atau tidak, itu adalah pilihan kita. Semua ada dalam kendali kita. So, bahagia itu pilihan.
Terkadang memang justru kondisi di luarlah yang seakan membuat semua menjadi terasa berat. Tekanan sosial, sindiran-sindiran yang halus tapi menyakitkan di hati, tuntutan lingkungan dan sebagainya semakin memperparah kondisi. Seolah-olah mereka itu merasa sempurna dengan mempunyai anak. Tapi lihatlah kondisi yang sebenarnya. Berapa anak yang kita lihat di jalanan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang urakan, kasar dan terlibat dalam kenakalan dan kriminal. Berapa banyak keluarga yang seolah-olah sempurna dimata “umum” tetapi kering kasih sayang didalamnya karena semua anggota kelurga terlalu mementingkan kepentingan diri sendiri dan egois. Dan masih banyak lagi problem-problem keluarga yang berat lainnya yang berkaitan dengan kenakalan anak. Intinya mempunyai anak selain nikmat, juga berisi ujian disana, yang pertanggungjawabannya sangatlah besar yang terkadang sedikit terlupakan.
Hidup ini terlalu indah untuk diburamkan dengan hal-hal yang semestinya kita syukuri. Berprasangka baik saja pada Allah. Semua manusia tak luput dari ujian hidup apapun bentuknya yang jelas disesuaikan kemampuan masing-masing. Mungkin kemasannya saja yang berbeda-beda. Ada yang diuji dari segi ekonomi, anak, keluarga dan lain-lain.
Semoga kita bisa menyukuri segala nikmat Nya. Kalaupun ada hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita, ya memang begitulah adanya. Allah lebih tahu yang kita butuhkan daripada yang kita inginkan. Kalaupun kita sedikit kecewa, lelah dan lemah, itu manusiawi banget karena itu adalah bagian dari fluktuasi rasa. Nikmati saja. Yang penting “ tetap bersyukur “ yaa….