MAKNA
GELAR AKADEMIK SEBAGAI FENOMENA SOSIAL
Beberapa
waktu lalu ada teman di facebook yang menanyakan “ Apa arti gelar
sarjana buat anda ? Dan apakah yg diharapkan dr gelar sarjana? ( dari
keprihatinan ada anak ingin kuliah tapi ortunya tidak ngijinin
karena kata mereka banyak sarjana nganggur , lalu buat apa kuliah...
) “
Pertanyaan
ini sangat simpel, sederhana tapi menarik buat saya untuk menulis
tentang makna gelar akademik.
Gelar
akademik , menurut Wikipedia, adalah gelar yang diberikan kepada
lulusan pendidikan akademik bidang studi tertentu dari suatu
perguruan tinggi. Gelar akademik kadangkala disebut dengan istilahnya
dalam bahasa Belanda yaitu titel (dari bahasa Latin
titulus). Gelar akademik terdiri dari sarjana (bachelor),
magister (master), dan doktor (doctor).
APA
sih arti gelar sarjana?
Bagi
mereka yang tinggal di perkotaan, barangkali gelar sarjana sudah
bukan lagi sesuatu hal yang luar biasa. Gelar itu tidak lagi
mendatangkan “Sensasi “ tersendiri. Ribuan sarjana “dicetak”
setiap tahunnya oleh ribuan universitas hingga lembaga sejenis
pelatihan yang tersebar di mana-mana. Ribuan sarjana meramaikan pasar
pencari kerja dan sibuk menawarkan dirinya ke berbagai penyedia
lapangan kerja. Sebagian besar terpental dan tidak tertampung
kemudian masuk dalam lingkungan masyarakat, tanpa tahu harus berbuat
apa-apa. Sangat Ironis.
Lalu bagaimana menjadi sarjana di satu kampung yang terpelosok atau daerah yang kecil dan mungkin tak tercatat dalam peta negeri ini? Dimana untuk meraih gelar kesarjanaan memerlukan pengorbanan dan perjuangan yang tidak mudah ? Sebuah kebanggaan. Sebuah kebahagiaan. Seakan-akan ada rezeki yang tiba-tiba jatuh dari langit hingga membuat hari-hari seakan berubah. Berhasil menjadi sarjana di satu daerah kecil adalah keberhasilan dalam mengangkat harkat dan derajat diri serta keluarga besar. Jika sebelumnya menempati lapis terbawah dari satu struktur sosial dan hidup dengan selalu membungkukkan badan pada yang lain, setelah menjadi sarjana hidup tiba-tiba berubah. Tumbuh rasa percaya diri serta keyakinan bahwa keluarga itu sudah bisa sejajar dengan yang lain.
Lalu bagaimana menjadi sarjana di satu kampung yang terpelosok atau daerah yang kecil dan mungkin tak tercatat dalam peta negeri ini? Dimana untuk meraih gelar kesarjanaan memerlukan pengorbanan dan perjuangan yang tidak mudah ? Sebuah kebanggaan. Sebuah kebahagiaan. Seakan-akan ada rezeki yang tiba-tiba jatuh dari langit hingga membuat hari-hari seakan berubah. Berhasil menjadi sarjana di satu daerah kecil adalah keberhasilan dalam mengangkat harkat dan derajat diri serta keluarga besar. Jika sebelumnya menempati lapis terbawah dari satu struktur sosial dan hidup dengan selalu membungkukkan badan pada yang lain, setelah menjadi sarjana hidup tiba-tiba berubah. Tumbuh rasa percaya diri serta keyakinan bahwa keluarga itu sudah bisa sejajar dengan yang lain.
Sebagai
fenomena sosial, gelar akademik dapat dikatakan merupakan bentuk
simbol status baru yang diciptakan seiring tumbuhnya lembaga
pendidikan tinggi. Bicara tentang simbol status akan menarik
sekali kalau itu dikaitkan dengan orang Indonesia. Bagi orang
Indonesia yang sangat gengsi dan status minded, gelar
kesarjanaan dapat disamakan dengan gelar kebangsawanan versi baru
yang menggantikan gelar kebangsawanan tradisional yang mulai
ditinggalkan banyak orang. Gelar kesarjanaan yang seharusnya menjadi
sertifikat keahlian untuk bekal terjun mengabdi dan berkarya bagi
pembangunan bangsa dan Negara , akan mudah disalahgunakan begitu
mengalami deviasi pemaknaan menjadi sekedar simbol status dan gengsi.
Orang merasa belum percaya diri kalau di depan namanya tidak ada
gelar kesarjanaan.
Arti
gelar sarjana sangat kompleks : sebagai simbol cita-cita yang
terwujud, kebanggaan, prestise, kalau untuk mencari kerja....itu
sebagai salah satu media pendukung akan keahlian yang sesuai dengan
bidang akademik dari gelar itu...yang penting harus juga diimbangi
dengan kualitas diri......kalau ada pendapat banyak sarjana
menganggur....itu berarti ada kesenjangan antara gelar itu dengan
kualitas pribadi si pemegang gelar....karena sebenarnya kalau dilihat
dari sisi pengusahanya, juga banyak yang mengeluh lho..."
kenapa cari karyawan yg sesuai kriteria kok susah ya "...jadi
dimana letak kesalahannya ?.....mungkin perlu evaluasi yang lebih
mendfalam akan hal ini.
Jika
ada yang berpendapat “ Buat apa kuliah tinggi jika sekarang banyak
sarjana yang menganggur ? “: Pendapat itu relatif....tergantung
cara pandang masing2 orang dan latar belakang sosial, pendidikan dll.
Semua hanya masalah paradigma yang berbeda sudut pandang.Yang pasti dalam bidang apapun harus ada prinsip “ The right man on
the right place “ sehingga bisa meminimalisir fenomena negatif akan
makna sebuah gelar akademik yang hanya sebagai pelengkap status
sosial dan prestise semata yang semestinya ada tanggung jawab moral
yang besar didalamnya.