Senin, 10 Oktober 2016

MEMAKNAI USIA 40 TAHUN



MEMAKNAI USIA 40 TAHUN
Oleh : Yuyung Riana

Anda pasti pernah mendengar kata pepatah terkenal yang berbunyi : “ Hidup baru dimulai pada usia 40 tahun “. Usia 40 tahun memang unik dan sering dimaknai berbeda dengan usia lainnya. Keunikan tentang usia 40 tahun semakin menarik untuk disimak. Apalagi semakin canggihnya teknologi dan semakin majunya penelitian tentang otak manusia, para ahli menemukan hal yang unik yang terkait dengan usia 40 tahun.  Istimewanya usia 40 tahun juga diperkuat dengan penemuan ilmiah baru yang menegaskan bahwa otak manusia mencapai kematangannya pada usia 40 tahun. Penelitian ini mengkonfirmasi kebenaran yang disampaikan dalam Alqur’an 14 Abad yang lalu.

Ciri-Ciri Memasuki Usia 40 Tahun :
Ciri-cirinya yang menyangkut pribadi dan sosial yaitu: masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
Peneliatian Nowark (1977) yang dikutip dari Santrock (1995), menemukan bahwa perempuan yang berusia dewasa madya menganggap tanda-tanda penuaan sebagai pengaruh negatif terhadap penampilan fisiknya.
Ciri-ciri fisik dewasa tegah ( mulai usia 40 tahun ), yaitu:
1.      Berat badan bertambah, bahu seringkali membentuk bulat, dan terjadi penggemukan seluruh tubuh yang membuat perut kelihatan menonjol sehingga seseorang kelihatan lebih pendek
2.      Otot menjadi lembek dan mengendur disekitar dagu, pada lengan dibagian atas dan perut.
3.      Mulai menurunnya kekuatan fisik, fungsi motorik dan sensori
4.      Gangguan pada ersendian, tungkai, lengan yang membuat mereka sulit berjalan dan memegang benda yang jarang terjadi pada usia muda
5.      Mulai terjadinya proses menua secara gradual, maksudnya terlihat tanda-tanda bahwa dirinya mulai tua, seperti tumbuhnya uban di kepala, rambut pada wajah tumbuh lebih lambat dan kurang subur, adanya kerutan-kerutan pada bagian wajah, kemampuan fungsi mata berkurang.
6.      Rambut pada pria mulai jarang, menipis, dan terjadi kebotakan pada bagian atas kepala, rambut di hidung, telinga, dan bulu mata menjadi lebih kaku
7.      Rambut pada wanita semakin tipis dan rambut di atas bibir dan dagu bertambah banyak;
8.      Terjadinya perubahan-perubahan seksual. Kaum laki-laki dapat mengalami Climacterium dan wanita dapat mengalami Menopause. Climacterium dan menopause merupakan tanda berhentinya kemampuan menghasilkan keturunan dan dapat menimbulkan penyakit Melancholia involutive (cemas dan merasa diri tak berguna) peristiwa ini bagi laki-laki lebih lambat datangnya daripada wanita

Dari sisi psikologis :
Jika kita tilik sejarah, usia 40 tahun bukan soal penampilan fisik semata. Psikolog Amerika, Walter B. Pitkin (1932) pernah menulis buku berjudul “Life Begins at Forty”. Pitkin memang bukan penggagas pertama kata-kata tersebut karena jauh sebelum tahun 1932 kata-kata itu telah ada. Namun tidak dipungkiri bahwa tulisannya membuat pemahaman terhadap “kehidupan dimulai pada usia 40 tahun” menjadi sangat populer hingga kini.

Secara psikologis, Gunarsa (1988) menyebutkan usia 40 tahun ini sebagai usia paruh baya. Ada tiga reaksi psikologis yang mungkin akan mengiringi usia ini, dan reaksi yang diambil sangat tergantung pada pemaknaan seseorang terhadap kehidupannya.

Pertama, sikap tak berdaya, putus asa, kecewa pada diri sendiri, dan memandang kehidupan sebagai suatu proses yang sulit dimengerti dan dilakukan. Ini sikap yang terburuk.
Kedua, merasa terjebak dalam rutinitas hidup meski tidak tenggelam dalam keputusasaan akan tetapi yakin tidak akan bisa mengalahkan rutinitas itu. Cirinya antara lain timbulnya sikap menolak terhadap proses menua, misalnya bersolek secara berlebihan untuk menutupi ketuaannya.
Ketiga, dan ini yang terbaik, adalah memilih untuk berkembang. Memandang bahwa setiap bagian kehidupan ini sebagai suatu masa yang kritis untuk tumbuh dan menjadi dewasa. Maka dia selalu optimis memanfaatkan apa yang dimiliki, merasa bahwa hidup baru dimulai pada usia 40 tahun.

Usia 40 tahun memang kerap dihubungkan dengan kematangan sesorang dan kemantapan konsep dirinya. Sehingga orang akan cenderung sulit berubah baik pemikiran maupun perilakunya diatas usia ini.  Usia 40 tahun menurut pakar psikologi adalah usia dimana manusia benar-benar meninggalkan masa mudanya dan beralih menapaki masa dewasa penuh atau usia paruh baya.

Di banyak negara dan instansi usia 40 tahun menjadi persyaratan untuk menduduki jabatan tertentu yang strategis. Seperti kepala negara, direktur dan sebagainya. Masyarakat sendiri baru cenderung mengakui prestasi seseorang secara mantap tatkala orang itu berusia 40 tahun. Presiden Soekarno menjadi presiden pada usia 44 tahun, Soeharto menjadi presiden saat 46 tahun, Jhon F Kennedi 44 tahun, Bill Clinten 46 tahun, Toni Bler menjadi perdana menteri Inggris juga pada usia 44 tahun.

Sementara itu dalam pandangan psikologi barat usia 40 tahun kerap dikaitkan dengan puber kedua. Yaitu timbulnya sebuah gejolak baru dan pencarian jati diri. Hal yang mencolok pada puber kedua ini adalah penampilannya yang berbeda dari sebelumnya. Bagi para pria menjadi sangat memperhatikan penampilan, menjadi lebih rapi dan nechis.Tingkah laku pun mengalami perubahan, menjadi orang yang cari perhatian dan tebar pesona terhadap lawan jenis. Dan celakanya, pandangan ini seolah-olah menjadi pembenaran untuk berperilaku nakal.Dan tidak ada teori yang kuat yang mendukung hal ini.

Pandangan Islam Dalam Memaknai Usia 40 Tahun
Islam memandang usia 40 tahun sebagai usia yang sangat cukup  untuk mencapai kecerdasan eksistensial. Dimana seseorang sudah sangat memahami keberadaanya sebagai makhluk Allah di muka bumi. Di usia ini seseorang seharusnya tidak lagi berpikir tentang dunia, tetapi jauh berpikir tentang nasibnya kelak di akhirat. tentu tidak saja tentang dirinya sendiri, tetapi juga tentang anak istrinya. Ibarat waktu, orang yang memasuki umur 40 tahun seperti memasuki waktu Ashar atau senja. tak lama lagi magrib menjelang.
Pada usia tersebut manusia sudah harus waspada, mawas diri terhadap aktivitas beribadahnya kepada Allah. Ia ditekankan untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya mempertahankan amal kebajikan yang telah dibiasakannya pada usia sebelumnya. Tidak justru tua-tua keladi, makin tua dosanya makin menjadi.

Allah SWT secara khusus dalam firmannya dalam surah Al-Ahqaaf:15 menyebutkan tentang usia 40 tahun dan mengajarkan sebuah doa bagi siapa yang memasuki usia paruh baya itu. Pertanyaan pun muncul kenapa harus usia 40 tahun, kenapa bukan 30 tahun atau bukan 50 tahun atau kenapa bukan usia lainnya. Dan apa yang Allah sebut dalam kitabnya tidak ada yang sia-sia. Apalagi jika disebut secara khusus, maka pasti ada hikmah dan pelajaran yang mendalam dibalik itu semua.
Pertanyaan ini semakin mengemuka ketika dapatkan fakta bahwa usia Nabi Muhammad SAW saat diutus adalah 40 tahun. Tentu ini bukanlah sebuah kebetulan yang tanpa makna. 40 tahun merupakan suatu fase usia yang disebut secara khusus dalam Al-Qur’an di Al-Ahqaaf:15 yang artinya : 

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orangtuanya, ibunya yang mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah pula. Mengndungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. Sehingga apabila Ia dewasa dan umurnya sampai 40 tahun Ia berdoa “ Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang engkau ridhai: Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang orang yang berserah diri. “ (QS. Al-Ahqaaf:15)


Sungguh surah Al-Ahqaaf tersebut adalah petunjuk paling benar dan patut diikuti pada usia 40 tahun. Usia yang disebut sebagai usia kematangan manusia dalam berbagai aspek, matang spiritual, matang intelektual, matang emosional, dan matang sosial. Kematangan pribadi manusia itulah yang kemudia melahirkan kesadaran dan kecenderungan yang benar sebagaimana yang diisyaratkan di dalam ayat Al-Ahqaaf tersebut.

Usia 40 tahun disebutkan dengan jelas dalam ayat ini. Pada usia inilah manusia mencapai puncak kehidupannya baik dari segi fisik, intelektual, emosi, maupun spiritualnya. Ia benar-benar telah meninggalkan usia mudanya dan melangkah ke usia dewasa yang sebenar-benarnya. Do’a yang terdapat dalam ayat tersebut dianjurkan untuk dibaca oleh mereka yang berusia 40 tahun atau lebih. Di dalamnya terkandung penjelasan yang jelas bahwa mereka telah menerima nikmat yang sempurna, kecenderungan untuk beramal yang positif, telah mempunyai keluarga yang harmonis, kecenderungan untuk bertaubat dan kembali kepada Allah Ta’ala.

Dalam surat tersebut setidaknya juga terdapat empat indikator kemuliaan manusia yang seharusnya menjadi identitas orang yang mencapai umur 40 tahun yaitu bersyukur, beramal shalih, bertaubat, dan berserah diri.

1.      Bersyukur kepada Allah atas karunia umur yang mengantarkannya mencapai angka 40.
2.      Bersyukur atas kenikmatan hidup yang telah dianugerahkan Allah baik berupa kenikmatan material maupun nikmat anak keturunan (dzuriyat).
3.      Bersyukur sesuai hakikat bahwa semuanya karena kehendak yang mengikuti nilai-nilai kebaikan yang dikehendaki Allah dan dicontohkan dalam kehidupan Rasul dan para sahabat.
4.      Bertobat disertai kesadaran bahwa manusia mempunyai kalbu yang berbolak-balik antara tarikan kebaikan dan keburukan.
5.      Bertobat disertai perenungan dan perhitungan apakah di usia 40 tahun lebih berat kebaikannya atau keburukannya.
6.      Berserah diri, yang merupakan pernyataan keikhlasan sebagai seorang muslim yang tunduk dan patuh terhadap ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya, sehingga upaya-upaya yang dilakukan tersebut dapat menjadi amal shaleh yang tidak tertolak dan dapat mendatangkan keridhoan-Nya.

Dengan demikian umur 40 tahun dapat dipandang sebagai gerbang pencerahan jiwa, menjadikannya cahaya menuju kehidupan yang lebih mulia.

Keistimewaan Umur 40 Tahun
1.      Seseorang yang sudah mencapai umur 40 tahun berarti akalnya sudah sampai pada tingkat kematangan berfikir serta sudah mencapai kesempurnaan kedewasaan dan budi pekerti. Sehingga secara umum, tidak akan berubah kondisi seseorang yang sudah mencapai umur 40 tahun.
2.      Allah Ta'ala telah mengangkat para nabi dan Rasul-Nya, kebanyakan, pada usia 40 tahun, seperti kenabian dan kerasulan Muhammad, Nabi Musa, dan lainnya 'alaihim al-Shalatu wa al-Sallam. Meskipun ada pengecualian sebagian dari mereka.

( ( Dari berbagai sumber )

Selasa, 19 Juli 2016

PERSAHABATAN PALSU



PERSAHABATAN PALSU



Oleh : Yuyung Riana, S.Psi


“ Sahabat itu main bareng….bukan jaim bareng “

Tentunya kita pernah mendengar potongan kalimat diatas dari sebuah iklan di televisi ya.
Ya….bersahabat memang sudah menjadi kebutuhan bagi tiap-tiap kita sebagai makhluk sosial. Terlebih lagi di zaman sekarang dimana media sosial menjadi gaya hidup dalam bersosialisasi. Semua fasilitas di media sosial yang semakin menjamur menjadi ajang untuk menunjukkan eksistensi diri.  Tidak mengenal usia, mulai anak-anak, remaja, dewasa dan bahkan yang usia sudah matang tak mau ketinggalan untuk eksis di media sosial. Media sosial mampu mempertemukan kembali teman-teman dimasa lampau yang sudah lama tak berjumpa akhirnya silaturrahim bisa bersambung kembali. Yaa…itu sebagian sisi posistif dari sebuah kemajuan zaman dan teknologi.

Dunia maya memang terlihat begitu mengasyikkan sehingga banyak yang tersita waktunya hanya untuk bersosialisasi disana. Saling beradu komentar, bercengkarama dengan teman lama dan sahabat. Dan tiba-tiba kita merasa seolah-olah begitu mudahnya mencari teman dan sahabat yang baik dan mengerti kita. Tapi didunia nyata kita tetap akan dihadapkan dengan sahabat-sahabat yang real. Sahabat yang selalu ada dalam keadaan suka maupun duka. Sahabat yang mampu membawa kita kearah kebaikan. Kita memang baru akan tahu siapa sejatinya sahabat sejati kita saat kita tertimpa musibah.  Menemukan sahabat sejati tidak jauh berbeda dari mencari pasangan yang setia. Karena seperti pasangan hidup, sahabat juga merupakan soulmate kita lho.  Bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Salah mencari sahabat, bisa-bisa kita terjebak dalam lingkaran sahabat “palsu”. Nah lho…

Dalam suatu persahabatan ada yang benar-benar murni bersahabat , tetapi ada yang memanfaatkan persahabatan itu hanya sebagai media menunjukkan eksistensi diri lho. Ada beberapa yang masuk ke sebuah komunitas tetapi punya tendensi pribadi yang menguntungkan diri sendiri. Terlebih lagi di zaman sekarang dimana kebutuhan untuk kongkow-kongkow dan hang out seolah menjadi kebutuhan yang primer. Tentu saja hal ini mulai ada pergeseran makna seiring kemajuan zaman.

Fenomena yang ada misalnya, dalam sebuah acara kongkow-kongkow atau arisanlah…ada yang sedang membicarakan salah satu “sahabatnya” yang lain yang belum datang diacara tersebut. Mereka dengan bebasnya membicarakan aib-aib sahabatnya tersebut….bla…bla…bla… sampai pada suatu ketika datanglah si sahabat yang dibicarakan tersebut…..ehh..dengan santainya semuanya pada menyambut sang sahabat yang baru saja dibicarakan bersama tadi dengan senyum melebar serta diiringi “cipika-cipiki” seolah-olah beberapa saat sebelumnya tidak terjadi apa-apa ….. Dan dengan santainya salah satu dari mereka menyeletuk “ehh….kita barusan aja ngomongin kamu lho…..” tetap dengan senyum ramahnya. Dan si sahabat yang baru datang dengan senangnya membalas dengan ramah dan ceria pula “ Oh yaa….berarti kita sehati dong….hehehe “.
See….persahabatan macam apakah itu ?? “ Fake Friendship “…..persahabatan palsu. Kok bisa ya mereka ada dalam lingkaran persahabatan palsu. Terlihat seperti bersahabat…tetapi yang ada didalamnya bisa dibilang seperti musuh dalam selimut gitu sih. Dan ini memang faktanya.

Sebenarnya jika kita sedikit peka dan sensitif, kita bisa kok mengetahui mana sahabat sejati kita dan mana sahabat “palsu”. Ya sekedar indikator aja agar kita bisa lebih berhati-hati, karena biasanya sahabat “palsu” bisa menusuk kita dari belakang lho. So…waspadalah…hehehe.

Dibawah ini ada beberapa indikator tentang sahabat “palsu” so….be aware yaa….
1.Merasa Iri
Dia sering merasa iri akan pencapaian kita dan iri dengan apa saja yang membuat kita berbahagia. Tetapi didepan kita dia seolah-olah ikut berbahagia dan pura-pura mengucapkan selamat. Contohnya ketika kita diterima bekerja disebuah instansi bergengsi. Atau ketika kita lulus dengan predikat Cumlaude. Seorang sahabat sejati harusnya ikut benar-benar berbahagia ketika sahabatnya bahagia.

2. Egois
Dia selalu meminta bantuan kita, namun dia selalu menghilang saat kita tengah mencari pertolongan.  Selalu fokus pada kepentingan diri sendiri , tidak mau mengalah dan selalu merasa paling benar  juga menjadi tanda seseorang tidak layak dijadikan sebagai sahabat yang dapat dipercaya. Sahabat yang baik ialah yang selalu ada untuk Anda di saat susah dan senang.

3. Bukan pendengar yang baik
Percakapan yang baik akan terjadi jika saat salah satu pihak sedang berbicara, lawan bicaranya mendengarkan dengan baik. Jika dia cenderung lebih banyak bercerita tentang diri sendiri, namun terlihat ogah-ogahan saat mendengarkan pembicaraan Anda, itu tandanya dia bukanlah sahabat yang baik.

4. Tidak dapat diandalkan
Teman Anda sering membatalkan janji secara mendadak dengan 1001 alasan yang nampak dibuat-buat.  Sifat ini merupakan tanda teman yang tidak dapat diandalkan, karena menepati janji merupakan hal yang penting untuk membangun kepercayaan.

5. Tidak mampu memegang kepercayaan
Kepercayaan merupakan hal yang paling utama dalam membangun suatu hubungan, baik hubungan percintaan maupun persahabatan. Jika teman pernah membocorkan rahasia kita, maka kepercayaan pun sudah terkoyak.

6. Berbohong
Seorang fake friend sering berbohong untuk menutupi kekurangan mereka. Ia berbohong supaya tidak bisa kalah dari kita. Dan selalu jaim, tidak apa adanya. Saat tertawa barengpun, pasti tertawanya terlihat berbeda.....tertawa yang palsu, terkesan dibuat-buat.

7. Pengkhianat
Wah mendengar kata 'pengkhianat' saja sudah seram ya. Seorang fake friend adalah orang yang paling sering mendengar cerita kita  tentang orang yang tidak kita sukai. Tetapi tiba-tiba dia sering bersama dengan orang-orang yang tidak kita sukai itu. Waduh…Sakitnya tuh disini….hehehe.

Menemukan seorang sahabat sejati bukanlah hal yang mudah. Kadang seorang sahabat yang paling kita percaya pun bisa saja menusuk dari belakang. Kita harus benar-benar tahu mana kawan dan mana lawan.  Berhati-hatilah saat mencari teman. Percaya memang baik, tapi jangan terlalu percaya pada sahabat kita yang mempunyai ciri-ciri seperti diatas ya. Nanti kita sendiri yang sakit hati. Karena Sahabat itu tahu caranya berteman...tetapi musuh itu tahu caranya berpura-pura jadi teman .....Be wise….!