Selasa, 18 November 2014

MENANGISLAH…BILA INGIN MENANGIS



MENANGISLAH…BILA INGIN MENANGIS


Oleh : Yuyung Riana, S.Psi

Dalam hidup, suka dan duka datang silih berganti. Ada tawa dan tangis yang mengiringi kehidupan kita. Itulah yang membuat hidup kita menjadi lebih berwarna. Menangis adalah hal yang manusiawi pada diri kita sebagai manusia. Menangis bukanlah menunjukkan kelemahan jiwa seseorang. Salah besar jika ada anggapan bahwa orang yang rajin menangis adalah orang yang jiwanya lemah. Menangis merupakan  respon fisik akibat dari refleks ataupun dari gejolak emosi yang dirasakan oleh seseorang.

Tetapi aktivitas menangis tidak hanya terjadi akibat dari gejolak emosi, ada tiga macam air mata yang dikeluarkan oleh manusia.[1]
  1. Air mata Basal berasal dari kelenjar air mata dan bertujuan sebagai pelumas agar mata anda sehat (proses lakrimasi).
  2. Air mata Refleks berasal dari respon yang terjadi alamiah dari mata apabila mata kemasukan zat-zat dari luar yang tidak seharusnya masuk ke mata, seperti debu, sabun, saat anda memotong dan mengupas bawang dan lain sebagainya. Air mata ini memicu reaksi berantai yang mengaktifkan bagian di otak agar kelenjar lacrimal di atas mata melepaskan air mata pada kelopak mata agar mengeluarkan zat-zat tersebut.
  3. Air mata emosional hanya terjadi pada manusia dan berasal dari pemicu yang sama dengan gejolak emosi yang mengakibatkan wajah seorang merona merah karena malu atau marah. ( Wikipedia )
Menangis sudah menjadi identitas manusia sejak dilahirkan. Hal yang dilakukan pertama kali saat bayi lahir ke muka bumi ini adalah dengan menangis. Bagi bayi, menangis merupakan cara yang dilakukan untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Menangis adalah cara untuk memberitahukan bahwa bayi merasa sakit atau tidak nyaman pada dirinya. Menangis menjadi hal pertama yang bisa dilakukan generasi Adam dan Hawa di bumi ini. Sebelum bisa bicara, sebelum mampu tertawa, sebelum siap berjalan, tangis itu sudah ada pada diri tiap manusia. Tanpa diajarkan pun, semua bayi, semua anak, semua manusia bisa menangis karena tangis merupakan fitrah yang melekat pada kemanusiaan. Tangis merupakan bentuk kepekaan yang bisa menjadi alat pendeteksi perasaan seseorang. Ketika menangis, biarkan menangis, jangan dipendam. Menangis bukanlah kesalahan yang harus dihakimi. Menangis itu kebebasan jiwa untuk mengungkapakan perasaan yang tersimpan, yang tersisa dan terbiar di dasar keinginan.

Menangis bukan sekedar pelampiasan perasaan. Menangis merupakan reaksi atas tersentuhnya hati oleh sebuah kejadian. Arti air mata yang tercurah saat menangis merupakan ungkapan perasaan atas kebahagiaan, kekecewaan juga kesedihan. Tangis adalah anugerah bagi hidup dan hati agar senantiasa menyadari fitrah kemanusiaan yang begitu indah, tetapi lemah dan tak berdaya atas kuasa Yang Maha Perkasa.

Menangis bisa mengandung banyak arti, menangis bahagia, terharu ataupun karena bersedih. Hal ini bisa dilihat dari ekspresi wajah yang bias membedakannya. Secara psikologis, menangis mampu membuat perasaan menjadi lebih baik, nyaman, dan tenang karena tangisan dapat membantu menyingkirkan kimiawi stres dalam tubuh.

Manfaat menangis secara psikologis :
1. Meningkatkan mood
Menangis bisa menurunkan tingkat depresi seseorang. Dengan menangis, mood akan  terangkat kembali. Air mata yang dihasilkan dari tipe menangis karena luapan perasaan atau emosi mengandung 24% protein albumin yang bermanfaat dalam mengatur kembali sistem metabolisme tubuh. Air mata tipe ini jelas lebih baik dibanding air mata yang dihasilkan dari iritasi mata.

2. Mengurangi stress
Penelitian menyatakan bahwa air mata ternyata juga mengeluarkan hormon stres yang terdapat dalam tubuh yaitu endorphin leucine-enkaphalin dan prolactin.

3. Melegakan perasaan
Sepertinya, setiap orang merasakan hal ini setelah menangis. Setelah menangis, berbagai masalah dan cobaan yang mendera, kekesalan dan amarah yang menyesak,  serta goresan sakit hati biasanya berkurang dan muncullah perasaan lega.
Perasaan lega yang dialami seseorang setelah menangis muncul karena sistem limbik, otak dan jantung menjadi lancar. Karena itu, keluarkanlah masalah di pikiran dengan menangis, jangan dipendam karena bisa menjadi tangisan yang meledak-ledak. Malu menagis sesak di dada, tertahan menjadi ganjalan perasaan yang sewaktu-waktu bisa memporakporandakan pertahanan jiwa, rasa bahkan raga.

4. Menjadi penghalang agresivitas
Orang yang sedang memuncak tingkat emosinya, meletup amarahnya biasanya akan berlaku dan bersikap lebih agresif bahkan bisa berdampak destruktif. Emosi yang diluapkan dengan menangis mampu menjadi penghalang agresivitas. Seperti yang diungkapkan Oren Hasson, seorang ilmuwan dari Univesitas Tel Aviv, bahwa dengan air mata, seseorang sebenarnya tengah menurunkan mekanisme pertahanan dirinya dan memberikan simbol dirinya tengah menyerah.

5. Menangis bisa mendekatkan dan menguatkan hubungan dengan orang lain
Walau terlihat gampang, menangis kadang sulit untuk dilakukan kan?! Apalagi dihadapan orang asing yang sama sekali tidak kamu kenal. Hal ini berarti bahwa kamu hanya bisa menangis di depan orang yang akrab denganmu, begitu juga sebaliknya kamu akan dapat merasa lebih dekat dengan orang yang melihatmu menangis.
Hal ini juga diperkuat dengan tulisan Ashley Montagu di dalam majalah Science Digest, yang menyebutkan bahwa menangis itu tidak hanya berguna bagi kesehatanmu, tapi juga berguna untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan orang lain. Kamu akan merasa lebih peduli dan merasa lebih dekat dengan teman yang pernah menangis di depanmu (terutama sih, pasanganmu!).

6. Menangis adalah anugerah-Nya
 Menangis adalah fitrah kita sebagai manusia dan merupakan cara Allah menyayangi kita.

Manfaat menangis dari segi medis :                                                     
  1. Membantu penglihatan. Cairan yang keluar dari mata dapat mencegah dehidrasi pada membran mata yang bisa membuat penglihatan menjadi kabur.
  2. Membunuh bakteri. Air mata berfungsi sebagai antibakteri alami. Tanpa obat tetes mata, sebenarnya mata sudah mempunyai proteksi sendiri. Di dalam air mata terkandung cairan yang disebut dengan lisozom yang dapat membunuh sekitar 90-95 % bakteri yang tertinggal hanya dalam 5 menit. Misalnya, bakteri yang terserap dari keyboard komputer, pegangan tangga, bersin, serta tempat-tempat yang mengandung bakteri.
  3. Mengeluarkan racun. William Frey, seorang ahli biokimia yang telah melakukan beberapa studi tentang air mata menyatakan bahwa air mata yang keluar saat menangis karena faktor emosional ternyata mengandung racun. Jadi, keluarnya air mata yang beracun itu menandakan bahwa racun dari dalam tubuh terbawa dan dikeluarkan melalui mata.
  4. Membantu melawan penyakit. Selain menurunkan level stres, air mata juga membantu melawan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh stres seperti tekanan darah tinggi. Bagaimanapun, perasaan tertekan dan tersakiti bisa membuat seseorang stres. Endapan stres yang terpendam dengan menahan tangisan inilah yang sering menimbulkan gejala tekanan darah tinggi dan penyakit lainnya yang dipicu oleh stres.
Menangis tak selalu identik dengan sosok perempuan. Laki-lakipun pasti pernah menangis dalam hidupnya. Setiap raga yang memiliki jiwa pasti pernah menangis, setidaknya menangis dalam hati, menangis ketika masih bayi, dan menangis di hadapan Tuhan. Tangisan tidak selalu berarti kerapuhan, kecengengan atau kelemahan seseorang. Jika tangisan bisa melemahkan seseorang, tangisan pun bisa menguatkan ketegaran seseorang untuk berjuang. Dalam kepasrahan yang dalam, tangisan mampu mengembalikan kesadaran seseorang kan fitrahnya sebagai manusia dan hamba yang lemah, sehingga tangisan mampu melarutkan sebuah jiwa dalam doa yang khusyuk, taubat yang sesungguhnya hingga totalitas penyerahan diri kepada Tuhan.. Ini yang disebut tangisan spiritual.Tangisan ini yang senantiasa dicurahkan oleh para Utusan Tuhan serta kaum yang beriman. Menjadi pengantar kesadaran akan ketidakberdayaan, kelemahan dan kelalaian dalam menghamba. 
Menangis bukanlah tanda kelemahan jiwa seorang hamba yang menyebabkan seseorang dapat jatuh ke jurang kehinaan, namun justru sikap terpuji yang mesti wujud pada diri setiap hamba Allah yang senantiasa berdiri pada dua tonggak kehidupan yang sangat penting; khouf (rasa takut) dan roja’ (rasa harap). Menangis bisa saja terjadi saat sedang melakukan sholat, membaca Al Qur’an, berdzikir dan berdoa sambil menangis. Semua merupakan bentuk kepasrahan dan bersyukur kepada Allah SWT sebagai hamba yang lemah.
Ternyata ada beberapa ayat-ayat suci al-Qur’an yang mengajarkan dan mengkisahkan kepada kita perihal menangis ini, antara lain :
1. Surat Al Isra: 109
“Dan mereka bersujud sambil menangis dan maka bertambahlah atas mereka perasaan khusyu’”
2.  Surat Maryam: 58
“…apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.”

  Jadi Jika ingin menangis….menangislah. !! That’s so simple.
(Dari berbagai sumber )

Jumat, 17 Oktober 2014

FLUKTUASI RASA




FLUKTUASI  RASA

By : Yuyung Riana, S. Psi

Bertahun-tahun berkutat dengan pertanyaan yang sama. Hampir setiap bertemu dengan teman yang sudah lama tidak berjumpa selalu menanyakan hal yang sama dan berulang. Kayaknya mereka itu gak pernah move on ya dengan pertanyaannya, hehehehe… ( Kok jadi egois yaa….)
“ Hai…apa kabar ? Tinggal dimana sekarang ? Anakmu sekarang sudah berapa ? “
Pertanyaan yang sederhana dan klasik memang. Pertanyaan klasik seperti diatas mungkin selalu ditanyakan sebagai kalimat pembuka saat bertemu teman lama. Tapi ternyata, bagi sebagian orang pertanyaan yang sederhana itu bisa membuat nge – jleb di hati lho. Sakitnya tuh disini ( sambil megangin hati ) hehehehe…..
Yup…..tentu saja hal ini berlaku bagi kita-kita yang sudah menikah bertahun-tahun tapi belum dikarunai momongan. Jujur saja yaa….lepas dari rasa kepasrahan yang mendalam dan menerima semua suratan-Nya….kita tetap manusia biasa yang mempunyai rasa dan hati. Tiba-tiba pertanyaan yang sederhana itu bisa menjadi suatu hal yang luar biasa susahnya untuk dijawab. Ya….mungkin setiap pertanyaan memerlukan jawaban , tapi terkadang tidak semua jawaban menjawab pertanyaan itu sendiri bukan, hehehe…
Yaa….mereka tak pernah salah. Tak ada yang aneh dengan pertanyaannya, mungkin kita-kita aja yang terlalu berlebihan dan sensi meresponnya. Dan entah kenapa, secara tiba-tiba segala hal yang berhubungan dengan anak menjadi hal yang besar dan paling berharga di dunia ini. Isn’t true ?? Bisa ya bisa tidak. Jika kita menganggap itu sebagai ujian yang berat dan seolah dunia berhenti karenanya, tentu saja hal itu akan selalu membebani setiap langkah kehidupan kita. Kita mungkin merasa menjadi orang yang tidak beruntung di dunia ini. Padahal kalau kita menyadarinya masih banyak kenikmatan dan kemudahan yang kita terima di dunia ini yang jauh lebih penting untuk kita syukuri daripada sekedar selalu mengeluh karena hal yang itu-itu melulu. Hal ini tentu saja bisa menguras semua energi kita.
Tetapi coba kita ambil sisi positifnya. Allah memberi kita kondisi ini karena kita adalah manusia pilihanNya. Bukankah setiap ujian yang Allah berikan sudah sesuai takarannya masing-masing. Allah tidak akan menguji hambaNya diluar kemampuan hambaNya bukan. So…yakinlah para bunda yang sampai sekarang belum dikarunai momongan. Allah yakin kita mampu melalui ini semua yang mungkin untuk sebagian orang ini akan sulit. See it !! So…berbanggalah kita para bunda.

Sisi positif lainnya adalah, kita bisa melakukan berbagai hal yang positif yang kita sukai yang mungkin akan sulit dilakukan jika kita mempunyai anak. Kita bisa travelling kemanapun kita suka. Mengunjungi tempat-tempat yang indah bersama suami tentu akan menambah rasa syukur kita atas nikmat dan kebesaran-Nya. Hal ini juga membuat fresh pikiran dan hati kita yang membuat kita selalu positif thinking dan merasa good mood. Dan menambah keharmonisan keluarga. That’s wonderfull !!.
Kita bisa mengejar impian-impian yang tertunda dimasa lalu. Mengikuti kursus-kursus yang untuk menambah wawasan kita atau bahkan kuliah lagi. Pokoknya apapun yang bisa meningkatkan kualitas pribadi kita kearah yang lebih baik.
Kita bisa menciptakan lapangan kerja yang bener-bener kita sukai. Jika kita melakukannya dengan hati In sya Allah hasilnya akan lebih maksimal. Asal ingat ya…prioritas tetap kepada keluarga walaupun keluarganya cuman berdua dengan suami saja yaa….hehehe. Intinya melakukan hal-hal yang kita sukai yang membuat kita bahagia dan tidak merasa stress dan tertekan. Bukankah bahagia itu sederhana ?.
Menghabiskan waktu dengan jalan-jalan, makan bersama suami itulah kebahagiaan kita saat ini. Walaupun ,mungkin dimata mereka terasa tidak lengkap. Tapi sadarlah, justru ketidak sempurnaan ini menyempurnakan kebahagiaan itu sendiri. Mempunyai anak atau tidak, itu adalah kuasa Allah. Tapi menjadi bahagia atau tidak, itu adalah pilihan kita. Semua ada dalam kendali kita. So, bahagia itu pilihan.
Terkadang memang justru kondisi di luarlah yang seakan membuat semua menjadi terasa berat. Tekanan sosial, sindiran-sindiran yang halus tapi menyakitkan di hati, tuntutan lingkungan dan sebagainya semakin memperparah kondisi. Seolah-olah mereka itu merasa sempurna dengan mempunyai anak. Tapi lihatlah kondisi yang sebenarnya. Berapa anak yang kita lihat di jalanan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang urakan, kasar dan terlibat dalam kenakalan dan kriminal. Berapa banyak keluarga yang seolah-olah sempurna dimata “umum” tetapi kering kasih sayang didalamnya karena semua anggota kelurga terlalu mementingkan kepentingan diri sendiri dan egois. Dan masih banyak lagi problem-problem keluarga yang berat lainnya yang berkaitan dengan kenakalan anak. Intinya mempunyai anak selain nikmat, juga berisi ujian disana, yang pertanggungjawabannya sangatlah besar yang terkadang sedikit terlupakan.
Hidup ini terlalu indah untuk diburamkan dengan hal-hal yang semestinya kita syukuri. Berprasangka baik saja pada Allah. Semua manusia tak luput dari ujian hidup apapun bentuknya yang jelas disesuaikan kemampuan masing-masing. Mungkin kemasannya saja yang berbeda-beda. Ada yang diuji dari segi ekonomi, anak, keluarga dan lain-lain.
Semoga kita bisa menyukuri segala nikmat Nya. Kalaupun ada hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita, ya memang begitulah adanya. Allah lebih tahu yang kita butuhkan daripada yang kita inginkan. Kalaupun kita sedikit kecewa, lelah dan lemah, itu manusiawi banget karena itu adalah bagian dari fluktuasi rasa. Nikmati saja. Yang penting “ tetap bersyukur “ yaa….


Jumat, 05 September 2014

YANG TERSISA DARI MASA KECIL



YANG TERSISA DARI MASA KECIL



 
Oleh : Yuyung Riana, S. Psi


Beberapa waktu yang lalu kita terhenyak dan prihatin akan kasus seorang artis yang menghebohkan dengan perubahan sikapnya yang cukup ekstrim, bahkan berani bersiteru dengan ibu kandungnya. Menurut beberapa media pemberitaan, artis tersebut mengidap Bipolar Disorder. Ya apalah namanya itu, kita sebagai masyarakat awam cukup prihatin dan mungkin ada beberapa yang menyayangkannya. Ada yang berempati, bahkan ada yang bernada miring menyikapinya bahkan sampai menghujatnya tanpa tahu kejadian yang sebenarnya. Mungkin di dunia ini masih banyak kasus-kasus serupa yang tak terblow up di media dan bahkan bisa jadi lebih parah daripada itu. Kasus tersebut diatas itu hanya sebagian kecil yang terungkap. Bisa jadi.
Setiap masing-masing dari kita pasti melalui fase “masa kecil “ dalam hidup kita. Dalam ilmu psikologi perkembangan, kita sebagai manusia memang melewati tahap-tahap perkembangan di setiap fase usia kita. Dan jika ditanya perihal masa kecil, tentu jawaban setiap orang berbeda-beda. Ada yang terkesan dengan masa kecilnya yang indah dan menyenangkan yang tak akan  pernah terhapus dalam memorinya. Tapi ada yang sebaliknya, justru tak ingin mengingat masa kecilnya yang kelam dan sengsara dan cenderung tak ingin mengingatnya kembali . Dan bahkan ada yang masih menyisakan trauma yang berkepanjangan yang selalu menghantui hingga dewasa sekalipun, sehingga bisa menghambat perkembangan kepribadiannya.
Mungkin kita pernah mendengar bahwa masa usia 0 – 5 tahun itu adalah masa emas perkembangan anak. Di usia tersebut semua informasi yang didapat si anak akan diserap tanpa filter. Seperti spon yang menyerap air. Semua akan masuk di memory otaknya tanpa bisa membedakan positif dan negative. Dan disinilah sangat dibutuhkan peran orang tua sebagai figure yang dipercaya anak untuk mendampingi dan mengiringi perkembangan kepribadiannya. Arahan, support, dan kasih sayang yang tulus akan mengarahkan perkembangan si anak kearah yang positif. Tapi pun sebaliknya, jika di usia emas si anak tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua, tidak mendapatkan rasa aman dan perlindungan serta pendampingan yang positif ini sangat berakibat fatal untuk masa depan si anak yang terkadang para orang tua tidak menyadarinya sejak dini dan baru menyadarinya jika semua terjadi di kemudian hari dan tentunya hanya penyesalan yang didapatkan. Sungguh sangat disayangkan. Para orang tua mestinya harus lebih concern akan masalah ini.
Keluarga yang ideal pada dasarnya adalah jika ayah bertugas bekerja mencari nafkah, dan ibu dirumah mengurus keluarga dan mendampingi perkembangan anak sehingga diharapkan mampu menghasilkan pribadi yang ideal dan bisa mencetak generasi yang berkualitas di masa depan. Tapi seiring perubahan zaman yang sangat cepat dan modern ini, konsep keluarga ideal seolah berubah dari masa ke masa mengikuti perkembangan zaman yang seakan berkejaran oleh waktu. Dan ini sifatnya sudah seperti tuntutan zaman. Ya, kita tidak bisa menghindari perubahan itu, tetapi setidaknya kita punya pilihan dalam hidup kita khan. Semua memang pilihan !

Di zaman yang serba modern ini, faktanya adalah banyak anak-anak usia emas perkembangan tumbuh dan berkembang belum sesuai konsep idealnya. Banyaknya wanita yang berstatus seorang ibu  yang mempunyai karir bagus di kantornya terpaksa tidak bisa mendampingi perkembangan anaknya di usia emas yang justru pada masa2 itu si anak sangat membutuhkan pendampingan dan kasih sayang yang penuh dari ibunya. Dan itu tidak bisa digantikan oleh apapun juga di dunia ini. Dan faktanya si anak mendapatkan pengasuhan dari dunia luar yang mungkin kurang sesuai dengan perkembangannya. Sementara itu waktu terus berjalan, dan tidak bisa diputar kembali. Alih-alih berharap masa depan yang gemilang dengan karir yang cerah sang ibu akan berbanding lurus dengan karir anak yang gemilang juga  di kemudian hari, tetapi justru perkembangan psikis anak yang terkadang tak sesuai harapan orang tua dan bahkan diluar kendali orang tuanya. Anak menjadi tidak mempunyai kedekatan psikologis dengan orang tua dimana rasa itu sudah tertanam di masa emas perkembangannya. Anak menjadi impulsive, susah diatur dan cenderung egois, maunya menang sendiri. Secara tidak langsung pola kepribadian ini terbentuk dari input yang masuk kealam bawah sadar  si anak yang dia dapat pada masa kecil. Dan setiap orang sangat bervariasi dalam hal ini dan sangat kompleks sifatnya.
Belum lagi input yang didapat dari dunia luar, lingkungan sekitar dan teman-temannya. Ada anak yang pandai dan selalu ranking di sekolah dan terlihat “ sempurna” tapi justru tidak punya banyak teman. Tapi ada anak yang biasa saja dalam bidang akademis , tapi mempunyai kemampuan sosialisasi yang bagus, sehingga mempunyai banyak teman dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Ini kita perlu amati dan analisa lebih mendalam. Kenapa itu semua bisa terjadi ?? Kita tidak bisa menutup mata dan hanya bisa judging saja tanpa tahu latar belakang si anak kenapa sampai ada perbedaan seperti itu.
Perlakuan lingkungan sekitar terhadap anak, pola asuh yang kondusif dari orang tua dan tentu saja konsep diri si anak itu sendiri dalam memandang dirinya itu sangat berpengaruh membentuk karakter kepribadiannya di usia dewasa. Jika masa kecilnya tidak mendapat kesemuanya hal tersebut  dengan baik dan positif , hal ini akan menjadi “ mental block “ yang bisa menghambat perkembangan kepribadiannya di masa dewasanya kelak. Disadari atau tidak itu akan berpengaruh besar. Kalaupun tidak meledak-ledak ,tapi akan terpendam yang bersifat latent yang suatu saat akan meledak dikondisi yang tidak kondusif. Dan harap di garis bawahi bahwa karakter kepribadian kita di usia sekarang ini adalah hasil dari akumulasi berbagai peristiwa yang kita alami pada masa lampau dan berafiliasi dengan pendidikan, norma lingkungan yang begitu kompleks.Jadi perhatikan lingkungan sekitar anda, jika ada pribadi yang menurut orang kebanyakan " nyeleneh ", coba cek bagimana masa kecilnya, pasti kita akan bisa memahami kenapa bisa terjadi seperti itu.

Masa kecil memang indah, hal ini berlaku buat keluarga ideal yang semuanya serba kondusif. Tapi bagaimana dengan masa kecil anak yang mempunyai latar belakang keluarga broken home sejak kecil ? Masa kecil bagi anak korban broken home adalah laksana impian yang tercecer dan berusaha di satukan kembali sekuat tenaga untuk menjadikannya indah di kemudian hari, yang semoga saja belum terlambat. Lalu bagaimana dengan masa kecil anda ?