Jumat, 05 September 2014

YANG TERSISA DARI MASA KECIL



YANG TERSISA DARI MASA KECIL



 
Oleh : Yuyung Riana, S. Psi


Beberapa waktu yang lalu kita terhenyak dan prihatin akan kasus seorang artis yang menghebohkan dengan perubahan sikapnya yang cukup ekstrim, bahkan berani bersiteru dengan ibu kandungnya. Menurut beberapa media pemberitaan, artis tersebut mengidap Bipolar Disorder. Ya apalah namanya itu, kita sebagai masyarakat awam cukup prihatin dan mungkin ada beberapa yang menyayangkannya. Ada yang berempati, bahkan ada yang bernada miring menyikapinya bahkan sampai menghujatnya tanpa tahu kejadian yang sebenarnya. Mungkin di dunia ini masih banyak kasus-kasus serupa yang tak terblow up di media dan bahkan bisa jadi lebih parah daripada itu. Kasus tersebut diatas itu hanya sebagian kecil yang terungkap. Bisa jadi.
Setiap masing-masing dari kita pasti melalui fase “masa kecil “ dalam hidup kita. Dalam ilmu psikologi perkembangan, kita sebagai manusia memang melewati tahap-tahap perkembangan di setiap fase usia kita. Dan jika ditanya perihal masa kecil, tentu jawaban setiap orang berbeda-beda. Ada yang terkesan dengan masa kecilnya yang indah dan menyenangkan yang tak akan  pernah terhapus dalam memorinya. Tapi ada yang sebaliknya, justru tak ingin mengingat masa kecilnya yang kelam dan sengsara dan cenderung tak ingin mengingatnya kembali . Dan bahkan ada yang masih menyisakan trauma yang berkepanjangan yang selalu menghantui hingga dewasa sekalipun, sehingga bisa menghambat perkembangan kepribadiannya.
Mungkin kita pernah mendengar bahwa masa usia 0 – 5 tahun itu adalah masa emas perkembangan anak. Di usia tersebut semua informasi yang didapat si anak akan diserap tanpa filter. Seperti spon yang menyerap air. Semua akan masuk di memory otaknya tanpa bisa membedakan positif dan negative. Dan disinilah sangat dibutuhkan peran orang tua sebagai figure yang dipercaya anak untuk mendampingi dan mengiringi perkembangan kepribadiannya. Arahan, support, dan kasih sayang yang tulus akan mengarahkan perkembangan si anak kearah yang positif. Tapi pun sebaliknya, jika di usia emas si anak tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua, tidak mendapatkan rasa aman dan perlindungan serta pendampingan yang positif ini sangat berakibat fatal untuk masa depan si anak yang terkadang para orang tua tidak menyadarinya sejak dini dan baru menyadarinya jika semua terjadi di kemudian hari dan tentunya hanya penyesalan yang didapatkan. Sungguh sangat disayangkan. Para orang tua mestinya harus lebih concern akan masalah ini.
Keluarga yang ideal pada dasarnya adalah jika ayah bertugas bekerja mencari nafkah, dan ibu dirumah mengurus keluarga dan mendampingi perkembangan anak sehingga diharapkan mampu menghasilkan pribadi yang ideal dan bisa mencetak generasi yang berkualitas di masa depan. Tapi seiring perubahan zaman yang sangat cepat dan modern ini, konsep keluarga ideal seolah berubah dari masa ke masa mengikuti perkembangan zaman yang seakan berkejaran oleh waktu. Dan ini sifatnya sudah seperti tuntutan zaman. Ya, kita tidak bisa menghindari perubahan itu, tetapi setidaknya kita punya pilihan dalam hidup kita khan. Semua memang pilihan !

Di zaman yang serba modern ini, faktanya adalah banyak anak-anak usia emas perkembangan tumbuh dan berkembang belum sesuai konsep idealnya. Banyaknya wanita yang berstatus seorang ibu  yang mempunyai karir bagus di kantornya terpaksa tidak bisa mendampingi perkembangan anaknya di usia emas yang justru pada masa2 itu si anak sangat membutuhkan pendampingan dan kasih sayang yang penuh dari ibunya. Dan itu tidak bisa digantikan oleh apapun juga di dunia ini. Dan faktanya si anak mendapatkan pengasuhan dari dunia luar yang mungkin kurang sesuai dengan perkembangannya. Sementara itu waktu terus berjalan, dan tidak bisa diputar kembali. Alih-alih berharap masa depan yang gemilang dengan karir yang cerah sang ibu akan berbanding lurus dengan karir anak yang gemilang juga  di kemudian hari, tetapi justru perkembangan psikis anak yang terkadang tak sesuai harapan orang tua dan bahkan diluar kendali orang tuanya. Anak menjadi tidak mempunyai kedekatan psikologis dengan orang tua dimana rasa itu sudah tertanam di masa emas perkembangannya. Anak menjadi impulsive, susah diatur dan cenderung egois, maunya menang sendiri. Secara tidak langsung pola kepribadian ini terbentuk dari input yang masuk kealam bawah sadar  si anak yang dia dapat pada masa kecil. Dan setiap orang sangat bervariasi dalam hal ini dan sangat kompleks sifatnya.
Belum lagi input yang didapat dari dunia luar, lingkungan sekitar dan teman-temannya. Ada anak yang pandai dan selalu ranking di sekolah dan terlihat “ sempurna” tapi justru tidak punya banyak teman. Tapi ada anak yang biasa saja dalam bidang akademis , tapi mempunyai kemampuan sosialisasi yang bagus, sehingga mempunyai banyak teman dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Ini kita perlu amati dan analisa lebih mendalam. Kenapa itu semua bisa terjadi ?? Kita tidak bisa menutup mata dan hanya bisa judging saja tanpa tahu latar belakang si anak kenapa sampai ada perbedaan seperti itu.
Perlakuan lingkungan sekitar terhadap anak, pola asuh yang kondusif dari orang tua dan tentu saja konsep diri si anak itu sendiri dalam memandang dirinya itu sangat berpengaruh membentuk karakter kepribadiannya di usia dewasa. Jika masa kecilnya tidak mendapat kesemuanya hal tersebut  dengan baik dan positif , hal ini akan menjadi “ mental block “ yang bisa menghambat perkembangan kepribadiannya di masa dewasanya kelak. Disadari atau tidak itu akan berpengaruh besar. Kalaupun tidak meledak-ledak ,tapi akan terpendam yang bersifat latent yang suatu saat akan meledak dikondisi yang tidak kondusif. Dan harap di garis bawahi bahwa karakter kepribadian kita di usia sekarang ini adalah hasil dari akumulasi berbagai peristiwa yang kita alami pada masa lampau dan berafiliasi dengan pendidikan, norma lingkungan yang begitu kompleks.Jadi perhatikan lingkungan sekitar anda, jika ada pribadi yang menurut orang kebanyakan " nyeleneh ", coba cek bagimana masa kecilnya, pasti kita akan bisa memahami kenapa bisa terjadi seperti itu.

Masa kecil memang indah, hal ini berlaku buat keluarga ideal yang semuanya serba kondusif. Tapi bagaimana dengan masa kecil anak yang mempunyai latar belakang keluarga broken home sejak kecil ? Masa kecil bagi anak korban broken home adalah laksana impian yang tercecer dan berusaha di satukan kembali sekuat tenaga untuk menjadikannya indah di kemudian hari, yang semoga saja belum terlambat. Lalu bagaimana dengan masa kecil anda ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar