YANG TERSISA DARI MASA KECIL
Oleh : Yuyung Riana, S. Psi
Beberapa waktu yang lalu kita
terhenyak dan prihatin akan kasus seorang artis yang menghebohkan dengan
perubahan sikapnya yang cukup ekstrim, bahkan berani bersiteru dengan ibu
kandungnya. Menurut beberapa media pemberitaan, artis tersebut mengidap Bipolar
Disorder. Ya apalah namanya itu, kita sebagai masyarakat awam cukup prihatin
dan mungkin ada beberapa yang menyayangkannya. Ada yang berempati, bahkan ada
yang bernada miring menyikapinya bahkan sampai menghujatnya tanpa tahu kejadian
yang sebenarnya. Mungkin di dunia ini masih banyak kasus-kasus serupa yang tak
terblow up di media dan bahkan bisa jadi lebih parah daripada itu. Kasus
tersebut diatas itu hanya sebagian kecil yang terungkap. Bisa jadi.
Setiap masing-masing dari kita
pasti melalui fase “masa kecil “ dalam hidup kita. Dalam ilmu psikologi perkembangan,
kita sebagai manusia memang melewati tahap-tahap perkembangan di setiap fase
usia kita. Dan jika ditanya perihal masa kecil, tentu jawaban setiap orang
berbeda-beda. Ada yang terkesan dengan masa kecilnya yang indah dan
menyenangkan yang tak akan pernah
terhapus dalam memorinya. Tapi ada yang sebaliknya, justru tak ingin mengingat
masa kecilnya yang kelam dan sengsara dan cenderung tak ingin mengingatnya
kembali . Dan bahkan ada yang masih menyisakan trauma yang berkepanjangan yang
selalu menghantui hingga dewasa sekalipun, sehingga bisa menghambat
perkembangan kepribadiannya.
Mungkin kita pernah mendengar
bahwa masa usia 0 – 5 tahun itu adalah masa emas perkembangan anak. Di usia tersebut
semua informasi yang didapat si anak akan diserap tanpa filter. Seperti spon
yang menyerap air. Semua akan masuk di memory otaknya tanpa bisa membedakan
positif dan negative. Dan disinilah sangat dibutuhkan peran orang tua sebagai
figure yang dipercaya anak untuk mendampingi dan mengiringi perkembangan
kepribadiannya. Arahan, support, dan kasih sayang yang tulus akan mengarahkan
perkembangan si anak kearah yang positif. Tapi pun sebaliknya, jika di usia emas
si anak tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua, tidak mendapatkan rasa
aman dan perlindungan serta pendampingan yang positif ini sangat berakibat
fatal untuk masa depan si anak yang terkadang para orang tua tidak menyadarinya
sejak dini dan baru menyadarinya jika semua terjadi di kemudian hari dan
tentunya hanya penyesalan yang didapatkan. Sungguh sangat disayangkan. Para
orang tua mestinya harus lebih concern akan masalah ini.
Keluarga yang ideal pada dasarnya
adalah jika ayah bertugas bekerja mencari nafkah, dan ibu dirumah mengurus
keluarga dan mendampingi perkembangan anak sehingga diharapkan mampu
menghasilkan pribadi yang ideal dan bisa mencetak generasi yang berkualitas di
masa depan. Tapi seiring perubahan zaman yang sangat cepat dan modern ini,
konsep keluarga ideal seolah berubah dari masa ke masa mengikuti perkembangan
zaman yang seakan berkejaran oleh waktu. Dan ini sifatnya sudah seperti
tuntutan zaman. Ya, kita tidak bisa menghindari perubahan itu, tetapi
setidaknya kita punya pilihan dalam hidup kita khan. Semua memang pilihan !
Di zaman yang serba modern ini,
faktanya adalah banyak anak-anak usia emas perkembangan tumbuh dan berkembang
belum sesuai konsep idealnya. Banyaknya wanita yang berstatus seorang ibu yang mempunyai karir bagus di kantornya
terpaksa tidak bisa mendampingi perkembangan anaknya di usia emas yang justru
pada masa2 itu si anak sangat membutuhkan pendampingan dan kasih sayang yang
penuh dari ibunya. Dan itu tidak bisa digantikan oleh apapun juga di dunia ini.
Dan faktanya si anak mendapatkan pengasuhan dari dunia luar yang mungkin kurang
sesuai dengan perkembangannya. Sementara itu waktu terus berjalan, dan tidak
bisa diputar kembali. Alih-alih berharap masa depan yang gemilang dengan karir
yang cerah sang ibu akan berbanding lurus dengan karir anak yang gemilang juga di kemudian hari, tetapi justru perkembangan
psikis anak yang terkadang tak sesuai harapan orang tua dan bahkan diluar
kendali orang tuanya. Anak menjadi tidak mempunyai kedekatan psikologis dengan
orang tua dimana rasa itu sudah tertanam di masa emas perkembangannya. Anak
menjadi impulsive, susah diatur dan cenderung egois, maunya menang sendiri.
Secara tidak langsung pola kepribadian ini terbentuk dari input yang masuk
kealam bawah sadar si anak yang dia
dapat pada masa kecil. Dan setiap orang sangat bervariasi dalam hal ini dan
sangat kompleks sifatnya.
Belum lagi input yang didapat
dari dunia luar, lingkungan sekitar dan teman-temannya. Ada anak yang pandai
dan selalu ranking di sekolah dan terlihat “ sempurna” tapi justru tidak punya
banyak teman. Tapi ada anak yang biasa saja dalam bidang akademis , tapi
mempunyai kemampuan sosialisasi yang bagus, sehingga mempunyai banyak teman dan
aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Ini kita perlu amati dan analisa lebih
mendalam. Kenapa itu semua bisa terjadi ?? Kita tidak bisa menutup mata dan
hanya bisa judging saja tanpa tahu latar belakang si anak kenapa sampai ada
perbedaan seperti itu.
Perlakuan lingkungan sekitar
terhadap anak, pola asuh yang kondusif dari orang tua dan tentu saja konsep
diri si anak itu sendiri dalam memandang dirinya itu sangat berpengaruh
membentuk karakter kepribadiannya di usia dewasa. Jika masa kecilnya tidak
mendapat kesemuanya hal tersebut dengan
baik dan positif , hal ini akan menjadi “ mental block “ yang bisa menghambat
perkembangan kepribadiannya di masa dewasanya kelak. Disadari atau tidak itu
akan berpengaruh besar. Kalaupun tidak meledak-ledak ,tapi akan terpendam yang
bersifat latent yang suatu saat akan meledak dikondisi yang tidak kondusif. Dan
harap di garis bawahi bahwa karakter kepribadian kita di usia sekarang ini adalah
hasil dari akumulasi berbagai peristiwa yang kita alami pada masa lampau dan
berafiliasi dengan pendidikan, norma lingkungan yang begitu kompleks.Jadi perhatikan lingkungan sekitar anda, jika ada pribadi yang menurut orang kebanyakan " nyeleneh ", coba cek bagimana masa kecilnya, pasti kita akan bisa memahami kenapa bisa terjadi seperti itu.
Masa kecil memang indah, hal ini
berlaku buat keluarga ideal yang semuanya serba kondusif. Tapi bagaimana dengan
masa kecil anak yang mempunyai latar belakang keluarga broken home sejak kecil
? Masa kecil bagi anak korban broken home adalah laksana impian yang tercecer
dan berusaha di satukan kembali sekuat tenaga untuk menjadikannya indah di
kemudian hari, yang semoga saja belum terlambat. Lalu bagaimana dengan masa
kecil anda ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar