Oleh : Yuyung Riana, S.Psi
Selepas
sekolah, kita para perempuan semangat mengejar cita-cita. Memilih
kuliah terbaik untuk akhirnya mendapatkan pekerjaan yang terbaik
pula, dimana pada zaman sekarang ini wanita bekerja sudah menjadi
trend dan tuntutan zaman, selain tentu saja berkarir sebagai ajang
untuk aktualisasi diri, sosialisasi dan prestise sosial tentunya.
Disamping itu semakin terbuka peluang yang sangat besar bagi para
perempuan untuk menunjukkan eksistensinya disegala bidang.
Dan
setelah menikah, semua idealisme yang kita perjuangkan, karier yang
susah payah kita bangun yang tentu saja ada prestis didalamnya,
seakan berada di ujung persimpangan jalan saat kita dihadapkan
diantara 2 pilihan : “ Menjadi ibu rumah tangga atau wanita
karir ? “
Inilah
pertanyaan yang muncul disetiap benak perempuan bekerja setelah
berkeluarga, terutama setelah hadirnya sibuah hati. Sebelum
mempunyai anak, mungkin pilihan tersebut bisa dengan mudah kita
ambil. Tetapi setelah hadirnya sibuah hati, pilihan tersebut terasa
sulit dengan berbagai pertimbangan yang muncul.
Setiap
dari kita pasti mempunyai prioritas dalam hidup yang pastinya
masing-masing dari kita sangat berbeda-beda. Dan prioritas kita
setelah berkeluarga, pasti jauh berbeda dengan prioritas hidup
sebelum berkeluarga dulu. Dengan mengedepankan pertimbangan yang
dalam dan hasil pemikiran yang berbeda-beda, ada yang memilih menjadi
wanita karir setelah menikah, namun tidak sedikit pula yang memilih
menjadi ibu rumah tangga dengan meninggalkan kesuksesan karir yang
telah dibangun bertahun-tahun sebelumnya.
Memilih
menjadi wanita karir
Sebagian
perempuan yang memilih tetap menjadi wanita karir setelah menikah
memiliki beragam alasan, diantaranya :
- Mempunyai karir dan jabatan yang sudah bagus sebelum menikah, sehingga merasa sayang untuk ditinggalkan begitu saja.
- Perasaan malu, kurang percaya diri menyandang predikat sebagai ibu rumah tangga setelah sebelumnya mempunyai jabatan yang bagus di kantor.
- Pendidikan yang tinggi, sehingga merasa sayang jika tidak diaplikasikan.
- Tidak punya pilihan lain, selain tetap bekerja karena penghasilan suami yang dirasa kurang mencukupi kebutuhan rumah tangga.
- Bekerja sebagai bentuk aktualisasi diri, ajang sosialisasi dan prestise sosial.
- Bisa memenuhi kebutuhan pribadi tanpa tergantung kepada suami.
- Bekerja merasa lebih dihargai.
- Dll.
Memilih
menjadi ibu rumah tangga
Diperlukan kebesaran hati dan kesiapan mental untuk
mengambil pilihan ini, terutama jika penghasilan sebelumnya cukup
besar dengan posisi karir yang terbilang bagus. Ada konsekuensi berat
yang harus diambil, diantaranya : pemasukan keluarga berkurang,
berkurangnya kemandirina secara finansial bagi si ibu, secara
psikologis , berpindahnya status wanita karir menjadi ibu rumah
tangga tentu membutuhkan kesiapan batin untuk menerimanya dengan
ikhlas.
Beragam alasan para perempuan yang memutuskan menjadi
ibu rumah tangga setelah berkeluarga yang sebelumnya bekerja,
diantaranya :
- Pendapatan suami sudah mencukup kebutuhan keluarga.
- Kesadaran pribadi akan kodrat perempuan sebagai ibu rumah tangga yang mengabdi sepenuhnya ke keluarga.
- Tuntutan keluarga untuk berhenti bekerja.
- Anak-anak yang membutuhkan keberadaan sosok ibu dirumah.
- Ingin memiliki banyak waktu untuk keluarga.
- Mendampingi pertumbuhan dan perkembangan anak secara fisik dan psikologis.
- Merasa jenuh dengan pekerjaan yang digeluti selama ini.
- Ingin menikmati peran sebagai istri bagi suami dan ibu bagi anak-anaknya sepenuhnya.
- Dll.
Lantas bagaimana dengan pilihan kita ?
Apapun pilihan yang kita ambil, itu benar adanya. Tidak
ada pilihan yang salah atau benar. Salah jika kita tidak bisa
menempatkan segala sesuatu ditempatnya. Yang pasti adalah pilihan
yang kita ambil sudah tepat dengan kondisi keluarga kita, karena yang
tahu kondisi kita sebenarnya adalah diri kita sendiri dan bukan orang
lain. Bukan pilihan yang sesuai keinginan kita, tetapi pilihan yang
sesuai dengan kebutuhan kita.
Mungkin kita pernah membaca status facebook teman yang
seorang ibu rumah tangga pukul 09.00 pagi sedang menonton tv, siang
hari sedang menyuapi makan anak , sore hari ngopi di cafe dengan
teman-teman arisan lalu ditutup dengan meninabobokkan si anak
ditempat tidur di malam hari. Akh....terasa indahnya hidup
ini......!!
Ada memang ibu rumah tangga yang berkecukupan secara
materi dan semua serba ada, tetapi tidak sedikit pula ibu rumah
tangga yang mengerjakan segala pekerjaan rumah tangga dan mengurus
anak . Selain itu banyak juga ibu rumah tangga yang mendedikasikan
sebagian waktunya untuk aktif di berbagai komunitas dan
bersosialisasi.
Para ibu rumah tangga masa kini tentu berbeda dengan ibu
rumah tangga dua / tiga generasi sebelumnya, dimana pada waktu itu
perempuan belum memiliki kesempatan yang setara dengan para pria
seperti sekarang. Kini zaman telah berubah, akses perempuan untuk
memilih pendidikan tinggi, karir yang bagus sangatlah terbuka lebar.
Sehingga untuk menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah pilihan, yang
mungkin pada zaman dulu itu sebuah keharusan karena tidak ada pilihan
lain. Sangat jauh berbeda konteks.
Tidak sedikit perempuan yang hebat, smart, berpendidikan
tinggi dan memiliki basic akademis yang bagus memilih menjadi ibu
rumah tangga sebagai pilihan hidupnya. Bukan suatu hal yang harus
disayangkan, karena ada tanggung jawab besar untuk mendedikasikan
kehebatan, kecerdasan dan pendidikan yang tinggi itu membangun
keluarga yang ideal , untuk mendampingi tumbuh kembang anak sehingga
kedepannya diharapkan menghasilkan generasi penerus bangsa yang
berkualitas dengan hasil sentuhan seorang ibu yang hangat, penuh
kasih dan mempunyai kecerdasan intelektual, emosional maupun
spiritual. Bukankah sebuah pilihan luar biasa untuk menjadi ibu
rumah tangga. Sehingga tidak perlu merasa minder ataupun tidak
percaya diri.
Dan bagi yang memilih tetap berkarir , anda sangatlah
luar biasa. Karena walaupun banyak waktu yang terlewatkan bagi
kebersamaan keluarga dan pendampingan anak, pastinya anda semua
adalah seorang ibu yang sangat mencintai keluarga sehingga dengan
ikhlas menjadi pejuang bagi keluarga. Kalaupun itu pilihan anda,
pasti sudah dipikirkan segala konsekuensinya. Mungkun secara
kuantitas berkurang tapi secara kulaitas harus kita maksimalkan untuk
mendampingi anak. Karena itu sudah pilihan yang kita ambil.
Berbanggalah kita masih punya pilihan dalam hidup. Karena sebenarnya
ada juga perempuan yang sebenarnya ingin memilih berhenti bekerja
untuk mendampingi anak-anak, tetapi karena tidak punya pilihan lain
sehingga bekerja merupakan sebuah keharusan.
Pada intinya, menjadi ibu rumah tangga ataupun tetap
berkarir, adalah pilihan yang harus kita tentukan sendiri sebagai
perempuan dan ikhlas menjalaninya plus ada support dari suami , dan
yang penting Fell happy dan enjoy.Semua
kembali ke pilihan pribadi, dan jangan jadikan pilihan itu sebagai
suatu bentuk “ pengorbanan “ karena tidak ada yang lebih mulia
selain menjadi ibu rumah tangga yang lewat sentuhan kasih
sayangnyalah akan melahirkan pribadi berkualitas dikemudian hari dan
menjadi wanita karir yang tetap mencintai dan menomorsatukan
kebahagian keluarga. Karena dibalik kesuksesan dan kehebatan
seseorang , pasti juga ada cerita berliku dibaliknya. Jadi...apapun
pilihan kita...tetap jalani dengan hati.
(
Yuyung Riana )
siiiiiiiiiiiiiiiiip ... lanjutkan menulisnya
BalasHapusterima kasih supportnya pak.....
HapusSama baiknya
BalasHapusApapun pilihan yang diambil akan mulia dan dihargai penting bisa menempatkan diri sesuai pilihan yang diambil.
BalasHapusYang membuat wanita jadi mulia bukan karena profesi IRT atau karir. Tetapi karena polah tingkah si wanita itu sendiri. Jadi wanita karir lebih mulia asal mempu membagi waktu perhatian bagi keluarganya, tutur kata di kantor sopan, berpakaian muslimah, bidang kerja bukan glamor/eksploitasi tubuh daripada jadi ibu rumah tangga yang hobby gosip, ngrumpi2, cerita tentang kelemahan suaminya apalagi dengan bahasa kasar ala tarzan. Jadi IRT lebih mulia jika total mengurus rumah tangganya, berbudi pekerti baik, santun, tidak menggunjingkan orang lain daripada wanita karir yang mempertontonkan kemolekan tubuhnya