Selasa, 17 Januari 2012

MENJADI IBU RUMAH TANGGA ATAU WANITA KARIR......ITU PILIHAN


MENJADI IBU RUMAH TANGGA ATAU WANITA KARIR......ITU PILIHAN



Oleh : Yuyung Riana, S.Psi

Selepas sekolah, kita para perempuan semangat mengejar cita-cita. Memilih kuliah terbaik untuk akhirnya mendapatkan pekerjaan yang terbaik pula, dimana pada zaman sekarang ini wanita bekerja sudah menjadi trend dan tuntutan zaman, selain tentu saja berkarir sebagai ajang untuk aktualisasi diri, sosialisasi dan prestise sosial tentunya. Disamping itu semakin terbuka peluang yang sangat besar bagi para perempuan untuk menunjukkan eksistensinya disegala bidang.
Dan setelah menikah, semua idealisme yang kita perjuangkan, karier yang susah payah kita bangun yang tentu saja ada prestis didalamnya, seakan berada di ujung persimpangan jalan saat kita dihadapkan diantara 2 pilihan : “ Menjadi ibu rumah tangga atau wanita karir ? “
Inilah pertanyaan yang muncul disetiap benak perempuan bekerja setelah berkeluarga, terutama setelah hadirnya sibuah hati. Sebelum mempunyai anak, mungkin pilihan tersebut bisa dengan mudah kita ambil. Tetapi setelah hadirnya sibuah hati, pilihan tersebut terasa sulit dengan berbagai pertimbangan yang muncul.
Setiap dari kita pasti mempunyai prioritas dalam hidup yang pastinya masing-masing dari kita sangat berbeda-beda. Dan prioritas kita setelah berkeluarga, pasti jauh berbeda dengan prioritas hidup sebelum berkeluarga dulu. Dengan mengedepankan pertimbangan yang dalam dan hasil pemikiran yang berbeda-beda, ada yang memilih menjadi wanita karir setelah menikah, namun tidak sedikit pula yang memilih menjadi ibu rumah tangga dengan meninggalkan kesuksesan karir yang telah dibangun bertahun-tahun sebelumnya.

Memilih menjadi wanita karir
Sebagian perempuan yang memilih tetap menjadi wanita karir setelah menikah memiliki beragam alasan, diantaranya :
  • Mempunyai karir dan jabatan yang sudah bagus sebelum menikah, sehingga merasa sayang untuk ditinggalkan begitu saja.
  • Perasaan malu, kurang percaya diri menyandang predikat sebagai ibu rumah tangga setelah sebelumnya mempunyai jabatan yang bagus di kantor.
  • Pendidikan yang tinggi, sehingga merasa sayang jika tidak diaplikasikan.
  • Tidak punya pilihan lain, selain tetap bekerja karena penghasilan suami yang dirasa kurang mencukupi kebutuhan rumah tangga.
  • Bekerja sebagai bentuk aktualisasi diri, ajang sosialisasi dan prestise sosial.
  • Bisa memenuhi kebutuhan pribadi tanpa tergantung kepada suami.
  • Bekerja merasa lebih dihargai.
  • Dll.

Memilih menjadi ibu rumah tangga
Diperlukan kebesaran hati dan kesiapan mental untuk mengambil pilihan ini, terutama jika penghasilan sebelumnya cukup besar dengan posisi karir yang terbilang bagus. Ada konsekuensi berat yang harus diambil, diantaranya : pemasukan keluarga berkurang, berkurangnya kemandirina secara finansial bagi si ibu, secara psikologis , berpindahnya status wanita karir menjadi ibu rumah tangga tentu membutuhkan kesiapan batin untuk menerimanya dengan ikhlas.

Beragam alasan para perempuan yang memutuskan menjadi ibu rumah tangga setelah berkeluarga yang sebelumnya bekerja, diantaranya :
  • Pendapatan suami sudah mencukup kebutuhan keluarga.
  • Kesadaran pribadi akan kodrat perempuan sebagai ibu rumah tangga yang mengabdi sepenuhnya ke keluarga.
  • Tuntutan keluarga untuk berhenti bekerja.
  • Anak-anak yang membutuhkan keberadaan sosok ibu dirumah.
  • Ingin memiliki banyak waktu untuk keluarga.
  • Mendampingi pertumbuhan dan perkembangan anak secara fisik dan psikologis.
  • Merasa jenuh dengan pekerjaan yang digeluti selama ini.
  • Ingin menikmati peran sebagai istri bagi suami dan ibu bagi anak-anaknya sepenuhnya.
  • Dll.

Lantas bagaimana dengan pilihan kita ?
Apapun pilihan yang kita ambil, itu benar adanya. Tidak ada pilihan yang salah atau benar. Salah jika kita tidak bisa menempatkan segala sesuatu ditempatnya. Yang pasti adalah pilihan yang kita ambil sudah tepat dengan kondisi keluarga kita, karena yang tahu kondisi kita sebenarnya adalah diri kita sendiri dan bukan orang lain. Bukan pilihan yang sesuai keinginan kita, tetapi pilihan yang sesuai dengan kebutuhan kita.
Mungkin kita pernah membaca status facebook teman yang seorang ibu rumah tangga pukul 09.00 pagi sedang menonton tv, siang hari sedang menyuapi makan anak , sore hari ngopi di cafe dengan teman-teman arisan lalu ditutup dengan meninabobokkan si anak ditempat tidur di malam hari. Akh....terasa indahnya hidup ini......!!
Ada memang ibu rumah tangga yang berkecukupan secara materi dan semua serba ada, tetapi tidak sedikit pula ibu rumah tangga yang mengerjakan segala pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak . Selain itu banyak juga ibu rumah tangga yang mendedikasikan sebagian waktunya untuk aktif di berbagai komunitas dan bersosialisasi.
Para ibu rumah tangga masa kini tentu berbeda dengan ibu rumah tangga dua / tiga generasi sebelumnya, dimana pada waktu itu perempuan belum memiliki kesempatan yang setara dengan para pria seperti sekarang. Kini zaman telah berubah, akses perempuan untuk memilih pendidikan tinggi, karir yang bagus sangatlah terbuka lebar. Sehingga untuk menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah pilihan, yang mungkin pada zaman dulu itu sebuah keharusan karena tidak ada pilihan lain. Sangat jauh berbeda konteks.
Tidak sedikit perempuan yang hebat, smart, berpendidikan tinggi dan memiliki basic akademis yang bagus memilih menjadi ibu rumah tangga sebagai pilihan hidupnya. Bukan suatu hal yang harus disayangkan, karena ada tanggung jawab besar untuk mendedikasikan kehebatan, kecerdasan dan pendidikan yang tinggi itu membangun keluarga yang ideal , untuk mendampingi tumbuh kembang anak sehingga kedepannya diharapkan menghasilkan generasi penerus bangsa yang berkualitas dengan hasil sentuhan seorang ibu yang hangat, penuh kasih dan mempunyai kecerdasan intelektual, emosional maupun spiritual. Bukankah sebuah pilihan luar biasa untuk menjadi ibu rumah tangga. Sehingga tidak perlu merasa minder ataupun tidak percaya diri.
Dan bagi yang memilih tetap berkarir , anda sangatlah luar biasa. Karena walaupun banyak waktu yang terlewatkan bagi kebersamaan keluarga dan pendampingan anak, pastinya anda semua adalah seorang ibu yang sangat mencintai keluarga sehingga dengan ikhlas menjadi pejuang bagi keluarga. Kalaupun itu pilihan anda, pasti sudah dipikirkan segala konsekuensinya. Mungkun secara kuantitas berkurang tapi secara kulaitas harus kita maksimalkan untuk mendampingi anak. Karena itu sudah pilihan yang kita ambil. Berbanggalah kita masih punya pilihan dalam hidup. Karena sebenarnya ada juga perempuan yang sebenarnya ingin memilih berhenti bekerja untuk mendampingi anak-anak, tetapi karena tidak punya pilihan lain sehingga bekerja merupakan sebuah keharusan.
Pada intinya, menjadi ibu rumah tangga ataupun tetap berkarir, adalah pilihan yang harus kita tentukan sendiri sebagai perempuan dan ikhlas menjalaninya plus ada support dari suami , dan yang penting Fell happy dan enjoy.Semua kembali ke pilihan pribadi, dan jangan jadikan pilihan itu sebagai suatu bentuk “ pengorbanan “ karena tidak ada yang lebih mulia selain menjadi ibu rumah tangga yang lewat sentuhan kasih sayangnyalah akan melahirkan pribadi berkualitas dikemudian hari dan menjadi wanita karir yang tetap mencintai dan menomorsatukan kebahagian keluarga. Karena dibalik kesuksesan dan kehebatan seseorang , pasti juga ada cerita berliku dibaliknya. Jadi...apapun pilihan kita...tetap jalani dengan hati.
( Yuyung Riana )

4 komentar:

  1. siiiiiiiiiiiiiiiiip ... lanjutkan menulisnya

    BalasHapus
  2. Apapun pilihan yang diambil akan mulia dan dihargai penting bisa menempatkan diri sesuai pilihan yang diambil.

    Yang membuat wanita jadi mulia bukan karena profesi IRT atau karir. Tetapi karena polah tingkah si wanita itu sendiri. Jadi wanita karir lebih mulia asal mempu membagi waktu perhatian bagi keluarganya, tutur kata di kantor sopan, berpakaian muslimah, bidang kerja bukan glamor/eksploitasi tubuh daripada jadi ibu rumah tangga yang hobby gosip, ngrumpi2, cerita tentang kelemahan suaminya apalagi dengan bahasa kasar ala tarzan. Jadi IRT lebih mulia jika total mengurus rumah tangganya, berbudi pekerti baik, santun, tidak menggunjingkan orang lain daripada wanita karir yang mempertontonkan kemolekan tubuhnya

    BalasHapus