A
Walk to Remember
Bak terhempas di kedalaman
samudera , lalu aku kembali menyusuri jalan itu lewat memori
ingatanku. Tanyaku hanya satu “Apa yang sebenarnya terjadi?”.
Saat ini aku telah merelakanmu untuk kembali ke tempat indah yang
memang disanalah semestinya engkau berada. Menarilah, tertawalah
dengan keabadian. Saat masa akhirnya menjawab “Ia bukan milikmu.”.
Saatnya aku berjalan di
atas bayangan diriku sendiri, tanpa harus ada raga dan bayangan
mungil yang indah. Tanpa ada lagi genggaman jemari dan hangatnya
kebersamaan.
Bisa? Jawabanku “Bisa”.
Membenahi semua hal yang selama ini terasa indah dan berwarna akan
hadirmu walaupun hanya sekejab. Selalu ada rahasia dibalik rahasia.
Pasti ada rencana besar yang indah dibalik semua ini. Walaupun tidak
mudah untuk tersenyum kala hati menangis. Tapi semua akan terasa
indah jika kita menyadarinya bahwa dengan begitu kita tahu bahwa
selalu ada makna indah yang ditujukan untuk kebaikan diri kita, yang
terbaik tentunya.
Terkadang dalam pikiran
ini bertanya “Apa mungkin sanggup menjalankannya dengan sayap
kehidupan yang telah hilang sebagian ?”. Hingga selalu saja ada
jawaban dalam bisik batin pada diri “Kamu harus sabar menanti,
hingga saat indah itu tiba.”.
Bertahun-tahun aku
berjalan pada jalan hidupku, hanya ditemani oleh bayang sejati diri.
Selama hidup masih menangkap cahaya, bayang diri itu selalu setia di
samping raga ini. Ia menjadi saksi bisu senyum simpul, tawa, canda,
serta tangis haru dan syahdu yang dari sanalah kenangan itu dibuat.
Saat ini, saat aku berdiri
pada jejak-jejak hidupku, aku meyakini di ujung persimpangan itu, ada sentuhan kasih Sang Pencipta yang maha dahsyat yang akan memberiku kebaikan ...yang
terbaik tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar