Sabtu, 12 Mei 2012

NARSIS......NARSIS.....


NARSIS....NARSIS.....


Bagi yang sering bermain di dunia maya, apalagi bagi kita yang mempunyai akun jejaring sosial...pasti sudah familiar dengan istilah “ Narsis “ ini terutama jika kita melihat foto-foto teman yang diupload di jejaring sosial, facebook misalnya. Seiring kemajuan teknologi, facebook merupakan media yang memudahkan kita untuk ber- narsis ria . Tinggal jepret sana, jepret sini lalu diupload di facebook...udah deh...tersalurkan ke-narsis-an kita...mudah sekali bukan.

Meskipun saat ini istilah “narsis” sudah dipakai oleh banyak orang dan kita tidak asing dengan sebutan “ narsis loe “ , sebenarnya istilah ini telah bergeser dan bias dari arti yang sebenarnya dan hanya dipakai oleh kaum remaja saja sebagai kosakata yang gaul, serta untuk mempermudah penilaian terhadap seseorang, walaupun sebenarnya kelakuan orang yang membuat status “lebay” dijejaring sosial, dan suka memotret diri serta meng-uploadnya ke blog dan situs jejaring sosial belum tentu dibilang narsis, mungkin saja itu hanya ingin eksis.

Narsisisme (dari bahasa Inggris) atau narsisme (dari bahasa Belanda) adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis (narcissist). Istilah ini pertama kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud dengan mengambil dari tokoh dalam mitos Yunani, Narkissos (versi bahasa Latin: Narcissus), yang dikutuk sehingga ia mencintai bayangannya sendiri di kolam. Tanpa sengaja ia menjulurkan tangannya, sehingga ia tenggelam dan tumbuh bunga yang sampai sekarang disebut bunga narsis.


Sifat narsisisme ada dalam setiap manusia sejak lahir, bahkan Andrew Morrison berpendapat bahwa dimilikinya sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup akan membuat seseorang memiliki persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang lain. Narsisisme memiliki sebuah peranan yang sehat dalam artian membiasakan seseorang untuk berhenti bergantung pada standar dan prestasi orang lain demi membuat dirinya bahagia. Namun apabila jumlahnya berlebihan, dapat menjadi suatu kelainan kepribadian yang bersifat patologis. Kelainan kepribadian atau bisa disebut juga penyimpangan kepribadian merupakan istilah umum untuk jenis penyakit mental seseorang, dimana pada kondisi tersebut cara berpikir, cara memahami situasi dan kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi normal. Kondisi itu membuat seseorang memiliki sifat yang menyebabkannya merasa dan berperilaku dengan cara-cara yang menyedihkan, membatasi kemampuannya untuk dapat berperan dalam suatu hubungan. Seseorang yang narsis biasanya memiliki rasa percaya diri yang sangat kuat, namun apabila narsisme yang dimilikinya sudah mengarah pada kelainan yang bersifat patologis, maka rasa percaya diri yang kuat tersebut dapat digolongkan sebagai bentuk rasa percaya diri yang tidak sehat, karena hanya memandang dirinya lah yang paling hebat dari orang lain tanpa bisa menghargai orang lain. ( Wikipedia )


Sebenarnya setiap orang dipastikan memiliki sifat narsis ini, mungkin saja kadar yang dimiliki setiap orang berbeda satu sama lain. Ditinjau dari  sudut pandang Psikologi, Narsis merupakan gangguan  yang melibatkan pola pervasive dari grandiosities dalam fantasi atau perilaku; membutuhkan pujian dan kurang memiliki empati, gejala-gejala orang dalam keadaan narsis adalah, :
  • melebih-lebihkan prestasi dan bakat yang dimiliki
  • berharap dikenal sebagai orang yang paling mampu, paling unggul, paling unik dsb
  • memerlukan pujian yang berlebih saat melakukan sesuatu
  • memiliki keinginan untuk diberi julukan tertentu
  • kurang memiliki empati
  • selalu merasa iri dengan keberhasilan orang lain dan percaya orang lain juga iri padanya dan banyak gejala lain dari narsis.


Sisi Positif :
  • Membangun Rasa Percaya Diri
  • Memotivasi diri untuk lebih berprestasi dan berkarya
  • Narsis berperan dalam mengungkap kelebihan dalam diri kita sendiri, yang mungkin jarang dieksplorasi.
  • Narsis” sangat berperan dalam dunia entertaiment untuk menunjang prestasi , karena semakin populer seorang publik figur tentu saja bisa membawanya ke puncak popularitas dalam karirnya.

Sisi Negatif :
  • Menjadi egois
  • Meremehkan kemampuan orang lain, karena merasa dirinyalah yang paling hebat
  • Cenderung angkuh dan sombong
  • Jika kadarnya berlebihan bisa mengarah ke gangguan mental atau kelainan kepribadian yang bersifat patologis.

Nah...tinggal kita sendiri yang bisa mengendalikan apakah ke-”narsis”-an kita menjadi hal yang positif atau malah yang bersifat negatif. Karena bila berlebihan bisa membahayakan kepribadian dan efek terparahnya mengganggu kesehatan mental kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar