NARSIS....NARSIS.....
Bagi
yang sering bermain di dunia maya, apalagi bagi kita yang mempunyai
akun jejaring sosial...pasti sudah familiar dengan istilah “ Narsis
“ ini terutama jika kita melihat foto-foto teman yang diupload di
jejaring sosial, facebook misalnya. Seiring kemajuan teknologi,
facebook merupakan media yang memudahkan kita untuk ber- narsis ria .
Tinggal jepret sana, jepret sini lalu diupload di facebook...udah
deh...tersalurkan ke-narsis-an kita...mudah sekali bukan.
Meskipun
saat ini istilah “narsis” sudah dipakai oleh banyak orang dan
kita tidak asing dengan sebutan “ narsis loe “ , sebenarnya
istilah ini telah bergeser dan bias dari arti yang sebenarnya dan
hanya dipakai oleh kaum remaja saja sebagai kosakata yang gaul,
serta untuk mempermudah penilaian terhadap seseorang, walaupun
sebenarnya kelakuan orang yang membuat status “lebay” dijejaring
sosial, dan suka memotret diri serta meng-uploadnya ke blog dan
situs jejaring sosial belum tentu dibilang narsis, mungkin saja itu
hanya ingin eksis.
Narsisisme (dari
bahasa Inggris)
atau narsisme (dari bahasa
Belanda) adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang
berlebihan. Orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis
(narcissist). Istilah ini pertama kali digunakan dalam
psikologi oleh
Sigmund Freud
dengan mengambil dari tokoh dalam mitos Yunani,
Narkissos (versi
bahasa Latin:
Narcissus), yang dikutuk sehingga ia mencintai bayangannya sendiri di
kolam. Tanpa sengaja ia menjulurkan tangannya, sehingga ia tenggelam
dan tumbuh bunga yang sampai sekarang disebut bunga narsis.
Sifat narsisisme ada
dalam setiap manusia sejak lahir, bahkan Andrew Morrison berpendapat
bahwa dimilikinya sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup akan
membuat seseorang memiliki persepsi
yang seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang
lain. Narsisisme memiliki sebuah peranan yang sehat dalam artian
membiasakan seseorang untuk berhenti bergantung pada standar dan
prestasi orang lain demi membuat dirinya bahagia. Namun apabila
jumlahnya berlebihan, dapat menjadi suatu kelainan kepribadian yang
bersifat patologis.
Kelainan kepribadian atau bisa disebut juga penyimpangan kepribadian
merupakan istilah umum untuk jenis penyakit mental seseorang, dimana
pada kondisi tersebut cara berpikir, cara memahami situasi dan
kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi normal.
Kondisi itu membuat seseorang memiliki sifat yang menyebabkannya
merasa dan berperilaku dengan cara-cara yang menyedihkan, membatasi
kemampuannya untuk dapat berperan dalam suatu hubungan. Seseorang
yang narsis biasanya memiliki rasa percaya diri yang sangat kuat,
namun apabila narsisme yang dimilikinya sudah mengarah pada kelainan
yang bersifat patologis, maka rasa percaya diri yang kuat tersebut
dapat digolongkan sebagai bentuk rasa percaya diri yang tidak sehat,
karena hanya memandang dirinya lah yang paling hebat dari orang lain
tanpa bisa menghargai orang lain. ( Wikipedia )
Sebenarnya
setiap orang dipastikan memiliki sifat narsis ini, mungkin saja
kadar yang dimiliki setiap orang berbeda satu sama lain. Ditinjau
dari sudut pandang Psikologi, Narsis merupakan gangguan
yang melibatkan pola pervasive dari grandiosities dalam fantasi atau
perilaku; membutuhkan pujian dan kurang memiliki empati,
gejala-gejala orang dalam keadaan narsis adalah, :
- melebih-lebihkan prestasi dan bakat yang dimiliki
- berharap dikenal sebagai orang yang paling mampu, paling unggul, paling unik dsb
- memerlukan pujian yang berlebih saat melakukan sesuatu
- memiliki keinginan untuk diberi julukan tertentu
- kurang memiliki empati
- selalu merasa iri dengan keberhasilan orang lain dan percaya orang lain juga iri padanya dan banyak gejala lain dari narsis.
Sisi Positif :
- Membangun Rasa Percaya Diri
- Memotivasi diri untuk lebih berprestasi dan berkarya
- Narsis berperan dalam mengungkap kelebihan dalam diri kita sendiri, yang mungkin jarang dieksplorasi.
- “Narsis” sangat berperan dalam dunia entertaiment untuk menunjang prestasi , karena semakin populer seorang publik figur tentu saja bisa membawanya ke puncak popularitas dalam karirnya.
Sisi
Negatif :
- Menjadi egois
- Meremehkan kemampuan orang lain, karena merasa dirinyalah yang paling hebat
- Cenderung angkuh dan sombong
- Jika kadarnya berlebihan bisa mengarah ke gangguan mental atau kelainan kepribadian yang bersifat patologis.
Nah...tinggal
kita sendiri yang bisa mengendalikan apakah ke-”narsis”-an kita
menjadi hal yang positif atau malah yang bersifat negatif. Karena
bila berlebihan bisa membahayakan kepribadian dan efek terparahnya
mengganggu kesehatan mental kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar