Selasa, 19 Juni 2012

Keindahan dan Keindahan...Pun Pada Akhirnya


Keindahan dan Keindahan...Pun Pada Akhirnya


Dalam setiap perjalanan untuk mencapai tujuan..apapun jenis perjalanannya, bahkan perjalanan hidup sekalipun, kita sering terlampau tergesa-gesa untuk segera mengetahui hasil akhirnya. Ya memang begitulah seharusnya agar tujuan kita segera tercapai. Tapi satu hal yang tidak boleh terlupa adalah terkadang kita lupa untuk menikmati keindahan-keindahan yang mengiringi perjalanan itu.
Sebagai contohnya saat kita pergi ke Bandung lewat Puncak misalnya. Karena tidak sabar dan buru- buru maka keindahan pemandangan berupa hijaunya daun teh, hamparan pemandangan yang berujung pada kota Jakarta sampai dengan hawa dingin, segar dan sejuk, hilang begitu saja tanpa sempat dinikmati. Mungkin kita baru menyadarinya diakhir perjalanan tanpa sempat bisa mengulanginya kembali. Begitu sia-sia bukan ?
Dalam hidup kita pasti juga punya mimpi yang harus kita raih. Selain fokus untuk meraihnya , nikmatin saja keindahan-keindahan yang ada didalamnya. Apapun itu, kesulitan-kesulitannya, lika-likunya, kemudahan-kemudahannya dan sebagainya itu merupakan keindahan yang terbingkai dalam kemasan yang berbeda. Adalah manusiawi saat kita mengharapkan keindahan yang belum kita raih , dan terkadang lupa menikmati keindahan yang sudah kita miliki.
Dalam hidup ada beberapa orang yang terlalu buru-buru. Ketika lulus sekolah, buru-buru mau bekerja. Setelah bekerja, buru-buru mau jadi direktur. Setelah jadi direktur buru-buru mau jadi presiden direktur. Setelah jadi presiden direktur, baru terasa kalau banyak sekali yang hilang. Tawa canda sahabat ketika masih di bawah dulu. Ketulusan dan kejujuran orang lain ketika masih jadi orang
bisasa. Teman-teman sekeliling yang datang hanya untuk berteman, tanpa motif yang kotor-kotor. Candaan dan perhatian yang tulus dari orang-orang tercinta yang dulu sering hadir karena waktu bersama yang melimpah. Dan setelah menoleh seperti ini, baru sadar kalau dalam langkah-langkah hidup yang buru-buru, banyak sekali yang hilang di belakang. Dan diganti oleh kekinian dan masa depan yang terkadang kering, gersang, hampa, dan penuh ketakutan.

Disinari oleh kesadaran seperti inilah, ada baiknya jika kita fokus menikmati moment demi moment yang memgiringi perjalanan kita. Bukannya berhenti berusaha, sekali lagi bukan. Melainkan berhenti buru-buru dan berhenti diganggu oleh pertanyaan usil dan nakal : di mana dan bagaimana akhirnya ? Kemudian bersahabat serta berpelukan mesra dengan kekinian yang suci. Berjalan tetap berjalan, melangkah ke tujuan itu harus, cuman tidak ada keindahan dalam kekinian yang dibiarkan berlalu tanpa rasa syukur.
- Mungkin diluar sana orang berfikir kita kesepian, tetapi Allah menunjukkan cara-Nya sendiri yang membuat kita tidak kesepian. Sungguh skenario dari-Nya teramat indah.
- Mungkin diluar sana orang berfikir hidup kita belum sempurna, tapi aku merasa hidupku sempurna walaupun sebenarnya tidak ada ketidaksempurnaan yang sempurna , pun juga sebaliknya, tidak ada kesempurnaan yang sempurna selain yang maha sempurna tentunya, yaitu Sang Maha Pencipta.

Jangankan ketika makan enak, menarik dan menghembuskan nafaspun ada yang indah. Jangankan ketika berlimpah rezeki, tanpa ada limpahan rezekipun masih ada yang bersyukur di dalam sini. Jangankan ketika sehat, tatkala sakitpun masih bisa melihat makna. Jangankan ketika naik pangkat, tatkala pensiunpun tersisa berlimpah keindahan.

Seperti Anda yang sedang membaca tulisan ini. Kesimpulan akhirnya memang belum ketahuan. Rangkaian makna yang bisa mengendap ke dalam juga belum tahu. Apa lagi derajat perubahan yang ditimbulkan karena membaca tulisan ini, masih jauh. Cuman ada suara tarikan nafas masuk dan hembusan nafas keluar yang berbunyi dan bertutur tentang sesuatu. Ada kekayaan badan sehat yang perlu disyukuri. Ada kursi empuk yang menyangga dengan setianya. Ada senyuman tulus dari orang-orang tecinta. Dan masih banyak lagi yang lain. Bukankah semua akan indah pada waktunya. So...pada akhirnya...hanya keindahan yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar