Keindahan
dan Keindahan...Pun Pada Akhirnya
Dalam setiap perjalanan
untuk mencapai tujuan..apapun jenis perjalanannya, bahkan perjalanan
hidup sekalipun, kita sering terlampau tergesa-gesa untuk segera
mengetahui hasil akhirnya. Ya memang begitulah seharusnya agar tujuan
kita segera tercapai. Tapi satu hal yang tidak boleh terlupa adalah
terkadang kita lupa untuk menikmati keindahan-keindahan yang
mengiringi perjalanan itu.
Sebagai contohnya saat
kita pergi ke Bandung lewat Puncak misalnya. Karena tidak sabar dan
buru- buru maka keindahan pemandangan berupa hijaunya daun teh,
hamparan pemandangan yang berujung pada kota Jakarta sampai dengan
hawa dingin, segar dan sejuk, hilang begitu saja tanpa sempat
dinikmati. Mungkin kita baru menyadarinya diakhir perjalanan tanpa
sempat bisa mengulanginya kembali. Begitu sia-sia bukan ?
Dalam hidup kita pasti
juga punya mimpi yang harus kita raih. Selain fokus untuk meraihnya ,
nikmatin saja keindahan-keindahan yang ada didalamnya. Apapun itu,
kesulitan-kesulitannya, lika-likunya, kemudahan-kemudahannya dan
sebagainya itu merupakan keindahan yang terbingkai dalam kemasan
yang berbeda. Adalah manusiawi saat kita mengharapkan keindahan yang
belum kita raih , dan terkadang lupa menikmati keindahan yang sudah
kita miliki.
Dalam hidup ada beberapa
orang yang terlalu buru-buru. Ketika lulus sekolah, buru-buru mau
bekerja. Setelah bekerja, buru-buru mau jadi direktur. Setelah jadi
direktur buru-buru mau jadi presiden direktur. Setelah jadi presiden
direktur, baru terasa kalau banyak sekali yang hilang. Tawa canda
sahabat ketika masih di bawah dulu. Ketulusan dan kejujuran orang
lain ketika masih jadi orang
bisasa. Teman-teman sekeliling yang
datang hanya untuk berteman, tanpa motif yang kotor-kotor. Candaan
dan perhatian yang tulus dari orang-orang tercinta yang dulu sering
hadir karena waktu bersama yang melimpah. Dan setelah menoleh
seperti ini, baru sadar kalau dalam langkah-langkah hidup yang
buru-buru, banyak sekali yang hilang di belakang. Dan diganti oleh
kekinian dan masa depan yang terkadang kering, gersang, hampa, dan
penuh ketakutan.
Disinari oleh kesadaran seperti inilah, ada
baiknya jika kita fokus menikmati moment demi moment yang memgiringi
perjalanan kita. Bukannya berhenti berusaha, sekali lagi bukan.
Melainkan berhenti buru-buru dan berhenti diganggu oleh pertanyaan
usil dan nakal : di mana dan bagaimana akhirnya ? Kemudian
bersahabat serta berpelukan mesra dengan kekinian yang suci.
Berjalan tetap berjalan, melangkah ke tujuan itu harus, cuman tidak
ada keindahan dalam kekinian yang dibiarkan berlalu tanpa rasa
syukur.
- Mungkin diluar sana orang berfikir kita kesepian,
tetapi Allah menunjukkan cara-Nya sendiri yang membuat kita tidak
kesepian. Sungguh skenario dari-Nya teramat indah.
- Mungkin diluar sana orang
berfikir hidup kita belum sempurna, tapi aku merasa hidupku sempurna
walaupun sebenarnya tidak ada ketidaksempurnaan yang sempurna , pun
juga sebaliknya, tidak ada kesempurnaan yang sempurna selain yang
maha sempurna tentunya, yaitu Sang Maha Pencipta.
Jangankan ketika makan enak,
menarik dan menghembuskan nafaspun ada yang indah. Jangankan ketika
berlimpah rezeki, tanpa ada limpahan rezekipun masih ada yang
bersyukur di dalam sini. Jangankan ketika sehat, tatkala sakitpun
masih bisa melihat makna. Jangankan ketika naik pangkat, tatkala
pensiunpun tersisa berlimpah keindahan.
Seperti Anda yang sedang
membaca tulisan ini. Kesimpulan akhirnya memang belum ketahuan.
Rangkaian makna yang bisa mengendap ke dalam juga belum tahu. Apa
lagi derajat perubahan yang ditimbulkan karena membaca tulisan ini,
masih jauh. Cuman ada suara tarikan nafas masuk dan hembusan nafas
keluar yang berbunyi dan bertutur tentang sesuatu. Ada kekayaan
badan sehat yang perlu disyukuri. Ada kursi empuk yang menyangga
dengan setianya. Ada senyuman tulus dari orang-orang tecinta. Dan
masih banyak lagi yang lain. Bukankah semua akan indah pada waktunya.
So...pada akhirnya...hanya keindahan yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar