KEBERHASILAN
ATAUPUN KEGAGALAN BERAWAL DARI RUMAH, YAITU KELUARGA
Oleh : Yuyung Riana, S. Psi
Keluarga
ibarat miniatur masyarakat dan masyarakat seperti miniatur sebuah
negara. Berangkat dari sebuah keluarga lah kita bisa meraih
keberhasilan atau justru kegagalan. Dari keluargalah kita belajar
tentang berbagai hal tentang kehidupan ini. Dari yang sifatnya sangat
sederhana sampai yang berat sekalipun dan itu sangat kompleks
sifatnya. Dari kasih sayang seorang ibu kita mendapatkan kehangatan
dan kasih sayang yang tiada tara sehingga kedepannya akan mencetak
generasi-generasi hebat yang cerdas tapi punya hati nurani. Dan dari
ayah, kita mendapat sifat keteladanan dan figur yang kuat yang
membuat kita pantang menyerah mengejar mimpi-mimpi kita. Ya idealnya
seperti itu. Support dari sebuah keluarga yang hangat sangat
berpengaruh bagi tumbuh kembang anak baik secara fisik dan psikis,
dan ini akan terbawa saat dewasa terutama saat terjun ke masyarakat
nantinya.Dan tentunya ini sangat dibutuhkan bagi generasi muda
sebagai penerus bangsa.
Kalau
kita perhatikan, sejarah banyak mencatat bahwa orang sukses berawal
dari keluarga dan rumahnya. Pun juga sebaliknya, banyak orang yang
terjerumus ke hal-hal yang negatif juga karena mempunyai latar
belakang keluarga yang buruk, entah broken home, atau tak ada
kehangatan dan keharmonisan dalam keluarga. Berapa banyak remaja yang terjerumus ke dunia narkoba karena tidak ada perhatian dari kedua orang tuanya, dsb. Dan itu semua membuktikan
bahwa keluarga dengan keberhasilan ternyata mempunyai benang merah
yang cukup kuat. Kesuksesan seseorang bukanlah sesuatu yang sifatnya
instan. Keberhasilan seseorang juga bukanlah proses yang
sebentar. Namun Kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup seseorang
merupakan rangkaian peristiwa yang banyak faktornya. Diantara faktor
utama yang sangat menentukan kesuksesan seseorang adalah faktor
keluarga. Dari keluarga inilah seseorang bertolak menaiki
tangga-tangga kesuksesan dan keberhasilan. Rumah benar-benar ibarat
batu loncatan pertama yang digunakan seseorang meraih karier dan
citanya.
“
Rumahku adalah surgaku dan tiada tempat yang lebih indah selain
dirumah “. Tentunya kita tidak ingin kalimat tersebut hanya sebagai
jargon semata bukan ? Coba kita ingat-ingat deh, bila kita sedang
bepergian ke luar kota untuk beberapa hari lamanya. Apa yang kita
rindukan dari rumah kita ? Suasana kehangatan seluruh penghuni
rumahkah ? Perhatian, support dan komunikasi seluruh penghuni
rumahkah ? Barang-barang koleksi kita di rumah ? Hewan peliharaan
kita ? Atau tidak ada yang kita rindukan sama sekali di rumah kita ?
Tanyakan kepada hati nurani kita yang terdalam dan disanalah akan
ditemui jawaban sejujurnya.
Setiap
keluarga akan sangat bervariasi budaya dan kebiasaan dalam kehidupan
sehari-hari. Mungkin bagi beberapa keluarga kualitas waktu lebih
penting ketimbang kuantitas. Ya ini mungkin berlaku bagi keluarga
yang kedua orang tuanya bekerja. Tapi bagi keluarga yang lain
kuantitas yang lebih penting. Karena dengan seringnya bertatap muka,
berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik akan menambah kedekatan
emosional antar satu dengan yang lainnya. Saling support dan
mendoakan satu sama lain.Ya....semua memang pilihan.
Akan
sangat jauh berbeda hasilnya, pola kebiasaan dan budaya di rumah yang
dibangun dengan kehangatan dan keharmonisan bila dibandingkan dengan
keluarga yang hanya disatukan oleh hubungan darah semata tapi tidak
ada kedekatan emosional sama sekali. Semua sibuk dengan urusan
sendiri-sendiri dan lebih mementingkan aktivitas diluar rumah yang
tidak perlu. Sehingga seolah-olah mereka punya “dunia sendiri”
yang lebih menarik daripada sekedar berkumpul di rumah, nonton tv
bersama, makan bersama di meja makan dan hal-hal sederhana lainnya.
Kesemuanya hal kecil yang bila dibiarkan akan semakin membesar dan
kompleks akibatnya dan tanpa disadari itu membentuk karakter
kepribadian bagi masing-masing individu.
Apalagi
saat ini kemajuan teknologi yang sedemikian cepat membuat jurang
pemisah yang sangat curam dengan hubungan interpersonal sesama
manusia. Lihat saja generasi sekarang kalau sudah memegang gadget di
tangan, wah, serasa punya dunia sendiri walaupun hanya sebatas dunia
maya. Terlalu terbawa arus dunia maya menjadikan kita apatis, autis ,
egois dan tak peduli dengan lingkungan sekitar. Dan that's fact.
Terkadang bentuk eksistensi yang kita capai dengan susah payah, tapi
jika tak ada penghargaan dan apresiasi dari keluarga menjadi tak ada
artinya sama sekali. So, untuk apa prestasi yang kita raih kalau
ucapan selamat, pelukan hangat dan support tidak kita dapatkan dari
keluarga. So sad !
“
Kembali ke rumah ”. Sebuah kalimat sederhana yang besar maknanya.
Seorang kriminal besar pun pasti suatu saat dalam hidupnya akan
merindukan kembali ke rumah. So...bagaimana dengan keluarga kita ?
Apakah keluarga kita adalah keluarga yang membawa kita berhasil atau
justru malah sebaliknya. Keluarga....hanya itu yang kita punya. Dari
sanalah akan dicetak generasi-generasi penerus bangsa masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar